Rutin Cuci Darah, Berkat Program JKN Biaya Nol Rupiah

Watik menunjukkan layanan JKN Mobile. (Foto: Humas BPJS Kesehatan Cabang Jember)
Watik menunjukkan layanan JKN Mobile. (Foto: Humas BPJS Kesehatan Cabang Jember)

Metaranews.co, Kabupaten Jember – Selama satu dekade hadir di Indonesia, Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) telah menjadi andalan masyarakat dalam pembiayaan pelayanan kesehatan.

Salah seorang peserta JKN, Watik (51), warga Kecamatan Rambipuji, Kabupaten Jember, sebagai pekerja rumah tangga ia mengandalkan program ini untuk pengobatan suaminya yang menderita gagal ginjal.

Sejak divonis mengidap penyakit tersebut, suaminya harus menjalani cuci darah dua kali seminggu, membuat Watik rutin mendampinginya ke rumah sakit.

“Alhamdulillah, saya terdaftar sebagai peserta JKN segmen peserta mandiri. Suami saya sudah menjalani Hemodialisa selama tujuh bulan dengan pengobatan dua kali dalam seminggu. Pengobatan ini berlangsung panjang dan harus dilakukan secara rutin. Beruntung, di Indonesia sudah ada jaminan kesehatan yang memadai untuk penyakit ini. Fungsi ginjal yang menurun serta komplikasi mengharuskan suami harus mendapatkan pelayanan hemodialisa ini,” ujar Watik, Selasa (9/12/2025).

Sejak suaminya didiagnosis menderita gagal ginjal, Watik rutin mendampinginya menjalani serangkaian pemeriksaan menyeluruh.

Menurut dokter yang menangani, suaminya mengalami pengroposan tulang yang berdampak pada kerusakan fungsi ginjal.

Untuk mengatasi kondisi tersebut, cuci darah menjadi solusi pengobatan yang harus dijalani secara rutin.

“Suami saya divonis menderita gagal ginjal pada awal tahun 2024. Setelah menjalani beberapa tes dan pemeriksaan medis, dokter mengonfirmasi bahwa suami harus menjalani Hemodialisis. Pada awalnya, saya sempat risau memikirkan biaya karena saya tahu pengobatan Hemodialisis sangat mahal dan harus dilakukan secara rutin. Akhirnya kami memanfaatkan Program JKN, dan alhamdulillah manfaatnya sangat banyak. Saya sangat bersyukur dengan adanya program ini,” ungkap Watik.

Watik mengungkapkan bahwa selama menjalani pemeriksaan, kontrol, hingga tindakan Hemodialisis, seluruh biaya ditanggung oleh Program JKN.

Ia juga menambahkan bahwa pelayanan yang diterima suaminya, baik di Puskesmas maupun di rumah sakit, tidak menunjukkan adanya perbedaan atau diskriminasi.

Menurutnya, hal ini menjadi nilai tambah bagi pelaksanaan Program JKN dalam memberikan layanan kesehatan yang setara bagi seluruh masyarakat.

“Iuran yang kami bayarkan tidak sebanding dengan manfaat yang kami rasakan. Alhamdulillah, iurannya terjangkau, dan selama mendapatkan pelayanan kesehatan, saya tidak pernah menemui kesulitan yang berarti. seiring waktu, berbagai kemudahan layanan semakin terasa, baik di Puskesmas maupun di rumah sakit. Contohnya, perpanjangan surat pengantar untuk hemodialisa kini diperpanjang secara otomatis oleh pihak Rumah Sakit, sehingga kami tidak perlu mengurusnya ke Puskesmas lagi. Hal ini sangat membantu kami karena tidak perlu repot dalam urusan administratif,” imbuh Watik.

Watik berharap semakin banyak masyarakat yang dapat merasakan manfaat dari Program JKN, terutama bagi mereka yang membutuhkan perawatan medis rutin seperti suaminya.

Menurutnya, program ini tidak hanya memberikan akses layanan kesehatan yang lebih baik, tetapi juga membantu meringankan beban finansial bagi peserta yang harus menjalani perawatan jangka panjang.

“Saya berharap semakin banyak orang yang mengetahui manfaat besar dari JKN, terutama bagi mereka yang membutuhkan perawatan rutin seperti suami saya. Bayangkan saja, jika saya harus membayar sendiri setiap kali cuci darah, biayanya bisa mencapai satu juta rupiah per sesi, sementara dalam satu minggu harus dilakukan dua kali. Belum lagi biaya untuk kantong darah, yang mencapai lima ratus ribu rupiah per kantong, dan suami saya sudah sekitar enam puluh kantong. Banyak sekali biayanya. Maka dari itu kami merasa terbantu dengan adanya Program JKN,” harap Watik.

Watik yang bekerja sebagai pekerja rumah tangga harus menghadapi kondisi keuangan yang tidak menentu, terutama karena suaminya sudah tidak bekerja.

Dengan kondisi suaminya yang sakit, ia menyadari bahwa suaminya tidak lagi dapat bekerja seperti sebelumnya.

Oleh karena itu, Watik dan suaminya sangat berharap agar pemerintah terus menghadirkan Program JKN secara berkelanjutan, sehingga masyarakat yang membutuhkan tetap dapat mengakses layanan kesehatan dengan mudah.

“Program JKN ini sangat bagus karena mengusung sistem gotong royong di dalamnya. Peserta yang sehat dapat membantu peserta yang sedang sakit. terima kasih kepada peserta yang sudah rutin melakukan pembayaran iuran JKN. Mudah-mudahan Program JKN bisa terus memberikan harapan bagi seluruh masyarakat yang telah menjadi pesertanya,” pungkas Watik.(Adv)

Pos terkait