Metaranews.co, Malang – Gelombang aksi terus dilakukan Aremania untuk menuntut keadilan Tragedi Kanjuruhan. Aremania menuntut agar pengusutan kasus ini benar benar dilakukan sesuai fakta yang ada.
Seperti di Jalan Gatot Subroto, Kota Malang yang dipenuhi mulai dari anak-anak sampai orang tua turut turun ke jalan. Mereka menyebut aksi ini sebagai aksi Bok Gloedoek Melawan. Yakni, sebuah gerakan grassroot Aremania ini dimulai dengan melakukan long march dari Jalan Simpang Aris Munandar, Kota Malang. Mereka berjalan melintasi Jembatan Brantas dan berakhir di sekitar Bok Glodok.
Dalam aksi itu, dua keranda mereka gotong sebagai simbol jumlah Aremania setempat yang gugur dalam peristiwa 1 0ktober 2022. Sejumlah poster aparat penembak gas air mata juga mereka bentangkan dengan disertai tulisan “Buroran”.
Tak hanya itu, mereka juga membentangkan spanduk spanduk berisi pesan moral Tragedi Kanjuruhan yang menewaskan 135 korban jiwa. Sejumlah anak anak juga tampak turut serta membentangkan spanduk spanduk itu.
Salah satu anak bahkan tampak tertempel selebaran kertas di punggungnya. Dalam kertas itu, terdapat ilustrasi penembakan gas air mata di Stadion Kanjuruhan yang disertai tulisan “Pantaskah Kita Percaya Aparat”.
“Anak anak ini ikut sendiri tanpa ajakan. Mungkin sebagai bentuk solidaritas dari anak anak kecil sampai ibu ibu bahkan kakek kakek juga ikut tanpa ajakan. Semua spontanitas tanpa diajak,” kata Riki, salah satu Aremania dalam aksi itu.
Riki mengatakan bahwa aksi ini memang ditujukan untuk menjaga asa keadilan bagi para korban Tragedi Kanjuruhan. Dia menilai, Tragedi Kanjuruhan bukanlah masalah suporter, namun masalah kemanusiaan yang harus mendapatkan atensi dari semua pihak. Sementara itu, dia mengatakan bahwa pengusutan Tragedi Kanjuruhan masih jauh dari kata keadilan.
“Kami juga menuntut adanya penambahan tersangka baru dalam tragedi ini. Bukan hanya 6 saja, siapapun yang terlibat harus diusut. Termasuk kami menuntut penambahan pasal pembunuhan dalam tragedi ini,” tandasnya.