Metaranews.co, Jawa Timur – Erupsi Gunung Kelud pada 13 Februari 2014 menyisakan banyak cerita. Letusan Gunung Kelud yang terjadi 9 tahun lalu memang sangat dahsyat.
Material abu vulkanik halus dari letusan Gunung Kelud terbang ke wilayah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Letusan Gunung Kelud yang masif juga telah menghancurkan kubah lava Gunung Kelud yang muncul akibat letusan yang terjadi pada tahun 2007 lalu.
Kondisi Gunung Kelud kini sudah kembali normal, yakni gunung berapi yang memiliki kawah berisi air. Kondisi air di kawah saat ini berubah dari coklat menjadi hijau.
Cincin Api
Melansir laman resmi Kemendikbud, letak Indonesia yang berada di Cincin Api Pasifik membuat banyak gunung api tersebar di seluruh negeri ini.
Namun banyaknya gunung, terutama gunung berapi, juga harus membuat kita waspada. Letusan gunung berapi di Indonesia merupakan ancaman yang mematikan dan tidak dapat dihindari.
Gunung berapi ibarat dua sisi mata uang, bisa membunuh manusia, tapi di sisi lain juga bisa menguntungkan manusia. Selain menjadi objek wisata, gunung berapi menciptakan tanah subur yang cocok untuk menanam berbagai produk pertanian.
Gunung Kelud
Salah satu gunung api yang masih aktif di Indonesia adalah Gunung Kelud, salah satu gunung berapi paling terkenal di Indonesia, telah meletus puluhan kali selama berabad-abad. Salah satu letusan paling signifikan yang tercatat terjadi pada tahun 1919 dan 2014.
Berdasarkan buku “Geologi dan Sejarah Bencana Gunung Kelud” karya M. Nurhadi dan Bambang Setiadji, letusan Gunung Kelud pada tahun 1919 tergolong letusan eksplosif yang mengeluarkan awan panas, lahar, dan material piroklastik yang menyebabkan kerusakan cukup parah di sekitar gunung. Letusan ini juga menyebabkan terbunuhnya lebih dari 5.000 orang.
Sedangkan letusan Gunung Kelud pada tahun 2014 merupakan letusan freatik yang terjadi akibat interaksi antara air dan magma. Letusan ini menghasilkan kolom abu vulkanik setinggi 17 kilometer di atas permukaan laut dan memaksa puluhan ribu warga di sekitar gunung mengungsi.
Selain dua letusan tersebut, Gunung Kelud juga pernah meletus beberapa kali sepanjang sejarahnya. Letusan tercatat pada tahun 1586, 1641, 1660, 1716, 1752, 1786, 1864, 1990, 1901, 1919, 1951, 1966 dan 2007.
Meski letusan ini menyebabkan kerusakan yang signifikan dan korban jiwa, Gunung Kelud tetap menjadi daya tarik bagi wisatawan dan ahli geologi.
Aktivitas vulkaniknya yang sedang berlangsung dipantau secara ketat oleh Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) dan pemerintah daerah untuk mengurangi risiko dan memprediksi kemungkinan letusan di masa depan.
Letusan Dari Masa ke Masa
Gunung Kelud sudah puluhan kali erupsi, namun, ada beberapa moment yang disebut sebagai paling mengenal sepanjang sejarah. Melansir BBC Indonesia, berikut ulasan letusan dari masa ke masa.
Letusan Tahun 1586
Dalam catatan sejarah, letusan terbesar sejak 1.000 tahun lalu terjadi pada tahun 1586. Saat itu hampir semua ciri letusan terjadi, seperti letusan dahsyat, luncuran awan panas hingga lelehan lahar panas dan lahar dingin.
Berdasarkan buku Data Dasar Gunung Api di Indonesia, jumlah korban saat itu diperkirakan lebih dari 10.000 orang — jumlah yang sangat besar mengingat jumlah penduduk disana saat itu masih sangat sedikit.
Letusan tahun 1586 diperkirakan memiliki Volcanic Explosivity Index (VEI): 5. Ini setara dengan letusan Gunung Pinnatubo di Filipina pada tahun 1991.
Letusan Tahun 1990
Letusan tahun 1990 berlangsung selama 45 hari, sejak 10 Februari 1990 hingga 13 Maret 1990. Pada letusan ini, Gunung Kelud memuntahkan 57,3 juta meter kubik material vulkanik.
Lahar dingin menyebar hingga 24 kilometer dari danau kawah melalui 11 sungai yang berhulu di gunung tersebut. Letusan ini telah menutup terowongan Ampera dengan material vulkanik. Proses normalisasi baru selesai pada tahun 1994.
Letusan Tahun 1901
Letusan terjadi pada tengah malam, 22-23 Mei 1901, selama kurang lebih dua jam dan semakin intensif pada pukul tiga dini hari. Awan panas menyerang wilayah Kediri.
Suara letusan terdengar hingga Pekalongan, sedangkan hujan abu mencapai Sukabumi dan Bogor. Korban dilaporkan cukup banyak, namun angka pastinya tidak tercatat.
Letusan Tahun 1919
Sedikitnya 5.160 orang tewas akibat letusan Gunung Kelud pada tengah malam, 20 Mei 1919, yang disebut-sebut sebagai yang terbesar di abad ke-20. Letusan ini sangat dahsyat hingga ledakannya terdengar hingga ke Kalimantan.
Hujan batu cukup deras dan atap beberapa rumah hancur, serta hujan abu sampai ke Bali. Kota Blitar dikabarkan hancur akibat letusan ini.
Letusan Tahun 1951
Letusan terjadi pada pukul 06.15 dini hari tanggal 31 Agustus 1951 yang mengakibatkan tujuh orang tewas dan mulai 157 orang.
Sedikitnya empat dentuman keras terdengar akibat letusan ini. Hujan batu, ada yang sebesar buah mangga, menerpa sebagian Margomulyo. Hujan abu terjadi sekitar satu jam dan mencapai Kota Bandung, Jawa Barat.
Letusan Tahun 1966
Terjadi pada 26 April 1966 pukul 20.15 WIB, letusan ini diwarnai luapan lahar di sejumlah sungai di sekitarnya. Sedikitnya 210 orang tewas akibat letusan ini.
Letusan Tahun 2007
Kali ini letusan Gunung Kelud tidak sedahsyat sebelumnya, melainkan muncul kubah lava besar di kawah Kelud. Kubah tersebut terus membesar sejak 5 November 2007 hingga selebar 100 meter.
Akibat tingginya aktivitas tersebut, terjadi gejala unik dalam sejarah Gunung Kelud dengan munculnya asap putih pekat dari tengah danau kawah yang diikuti kubah lava dari tengah danau kawah sejak 5 November 2007 dan berlanjut hingga ” tumbuh” hingga ukuran 100 m.
Letusan Tahun 2014
Kamis 13 Februari 2014 malam, Gunung Kelud meletus. Mendadak gunung yang terletak di Kabupaten Kediri, Kabupaten Blitar, dan Kabupaten Malang, Jawa Timur ini menjadi perhatian, tidak hanya di Indonesia, tetapi juga di dunia.
Aktivitas vulkanik tersebut sangat mengejutkan, mengingat gunung ini sudah lama “tidur” atau letusan terakhir terjadi pada tahun 1990. Abu vulkanik menyembur hingga ketinggian 17 kilometer dari puncak Gunung Kelud.
Letusannya pada tahun itu ebih dahsyat dari yang terjadi pada tahun 1990.
Saat itu, semburan menyebar ke puluhan kota di Pulau Jawa. Total empat orang tewas. Puluhan ribu orang yang tinggal di sekitar gunung segera dievakuasi agar tidak ada korban jiwa yang berjatuhan.
Letusan Gunung Kelud saat itu terjadi sekitar pukul 22.50 WIB. Letusan ini cukup dahsyat karena berdampak di Yogyakarta. Akibat kejadian ini, empat orang tewas dan ratusan ribu orang mengungsi.
Tak hanya itu, suara ledakan Gunung Kelud juga sangat dahsyat. Bahkan bisa terdengar di Kota Kediri yang berjarak 45 km dari kubah lava.
Saat meletus, beberapa daerah di sekitar gunung juga dilanda hujan kerikil. Selain itu, erupsi Gunung Kelud juga melanda wilayah Jawa Timur hingga Jawa Tengah dan Yogyakarta. Dimana abu dari Gunung Kelud menyebar ke beberapa daerah tersebut.
Tak hanya itu, akibat hujan abu dan abu vulkanik, jarak pandang warga juga terganggu. Saat itu jarak pandang di jalan raya hanya 50-100 meter, kadang hanya 10 meter. Suasana dari pagi hingga siang hari terlihat gelap.
Bahkan, hujan abu juga terasa di Kabupaten Bandung, Jawa Barat yang berjarak 700 kilometer dari Gunung Kelud.
Selain melumpuhkan sejumlah kota, letusan Gunung Kelud juga menutup 7 bandara. Tujuh bandara yang ditutup adalah Bandara Adisutjipto Yogyakarta, Bandara Adi Soemarmo Solo, Bandara Juanda Surabaya, Bandara Abdulrachman Saleh Malang, Bandara Ahmad Yani Semarang, Bandara Tunggul Wulung Cilacap, dan Bandara Husein Sastranegara Bandung.
Tipe Gunung Strato-Vinson
Terungkap, Gunung Kelud merupakan gunung bertipe strato-Vinson yang memiliki danau kawah dengan potensi volume tercatat 50 juta meter kubik dalam sejarah.
Melansir Tribun, letusan Gunung Kelud terjadi dalam dua fase. Fase Letusan Freatik dan Fase Letusan Magmatik. Fase pertama adalah letusan freatik yang disebabkan oleh pertemuan resapan air kawah dengan dapur magma.
Letusan ini akan melontarkan material abu vulkanik basah yang akan tersebar di area seluas 10 km dari puncak. Material abu vulkanik ini akan menempel di permukaan tempatnya jatuh.
Satu jam kemudian, terjadi letusan tahap kedua, yakni Magmatic Eruption. Letusan ini akan melontarkan material abu vulkanik yang kering. Sehingga berpotensi menyebar ke wilayah yang lebih luas.
Sedangkan kondisi Gunung Kelud Erupsi dengan kondisi danau kawah penuh. Terjadi letusan freatik yang memuntahkan air kawah yang panas akibat direbus oleh dapur magma.
Luapan ini akan menimbulkan banjir bandang yang disebut lahar panas yang akan menyapu daerah hingga 10 km dari puncak atau lebih tergantung topografi dan kondisi vegetasi di lereng Gunung Kelud.
Bersamaan dengan letusan freatik terjadi hujan abu vulkanik basah dengan jarak sekitar 7-10 Km dari puncak.
Jam berikutnya terjadi letusan magmatik yang menyemburkan material vulkanik kering yang menempel di permukaan tempatnya jatuh. Jangkauannya lebih dari 10 km.
Seluruh rangkaian letusan ini terjadi dalam waktu 2 – 3 jam. Setelah selesai.
Berdasarkan teori dan pengalaman, letusan gunung berapi akan memicu terjadinya hujan lokal. Akibatnya, muncul banyak masalah seperti abu basah, abu kering, air hujan yang merusak atap bangunan di zona erupsi.
Selain itu, terjadi banjir bandang lahar panas akibat tumpahan air di danau kawah. Potensi kehancuran berbanding lurus dengan volume air.
Semakin besar volume air di danau kawah, semakin besar pula daya rusaknya. Berdasarkan catatan sejarah, banjir bandang lahar panas ini memakan 5.011 korban jiwa pada tahun 1919.