Metaranews.co, Kalam – Dimana perbedaan menentukan awal Ramadan, Idul Fitri dan Idul Adha? Untuk diketahui, dalam menentukannya, di Indonesia menggunakan dua metode, hisab dan hilal.
Metode yang digunakan yakni metode hisab dan hilal. Lantas apa perbedaannya?
Perbedaan antara Hisab dan Hilal
Hisab adalah perhitungan atau penentuan awal bulan dalam penanggalan Hijriah dengan cara matematika dan astronomi. Dalam Islam, hisab digunakan untuk memperkirakan posisi matahari dan bulan relatif terhadap bumi.
Melansir Suara.com, dalam metode hisab ini, posisi bulan akan dijadikan sebagai penanda masuknya periode awal penanggalan Hijriah. Sedangkan posisi matahari digunakan sebagai penanda masuknya atau perubahan waktu sholat.
Sedangkan rukyat adalah kegiatan mengamati penampakan hilal. Yaitu penampakan bulan sabit yang muncul pertama kali setelah terjadinya ijtima’ (konjungsi), rukyat dapat dilakukan dengan mata telanjang atau dengan alat bantu optik seperti teleskop.
Rukyat dilakukan setelah matahari terbenam. Hilal baru terlihat setelah matahari terbenam (maqhrib), karena intensitas cahaya hilal sangat redup dibandingkan sinar matahari, dan ukurannya sangat tipis.
Jika pada saat rukyat terlihat hilal, maka pada sore hari atau maghrib waktu setempat sudah memasuki bulan (kalender) baru Hijriyah. Jika hilal tidak terlihat, maka awal bulan ditentukan mulai maqhrib keesokan harinya.
Namun, dari pengalaman selama ini hilal tidak selalu terlihat. Secara teori, ketika jarak waktu antara Ijtima’ dan matahari terbenam terlalu pendek, secara ilmiah tidak mungkin melihat hilal, karena penerangan bulan masih terlalu redup dibandingkan dengan “cahaya langit” di sekitarnya.
Itulah ulasan perihal perbedaan Rukyatul hisab dan hilal yang digunakan oleh umat Islam di Indonesia untuk menentukan awal bulan Ramadan, Idul Fitri dan Idul Adha.