Metaranews.co, News – Poster-poster kecil bertebaran dan menempel di sejumlah sudut Kota Malang. Poster tersebut menggambarkan Tragedi Kanjuruhan untuk memperingati satu tahun pada tanggal 1 Oktober.
Gerakan ini menamakan dirinya Paper Power. Sejumlah gambar mereka lampirkan seperti tuntutan keadilan atas Tragedi Kanjuruhan, Kucecwara Malang, Tiket Habis Suporter Luka dan Meregang Nyawa, serta Menolak Lupakan 1 Tahun Tragedi Kanjuruhan.
Gambar dan tulisan tersebut banyak tertempel di sudut kawasan Malang Raya. Dinding bangunan kosong hingga ke pilar-pilar jalan.
Salah satu penggagas Paper Power yang enggan disebutkan namanya mengatakan, aksi ini sudah berjalan sejak Desember 2022. Aksi ini pun menyebar ke seluruh Indonesia.
“Penting kami sampaikan, mengapa Paper Power menjadi masif tersebar, ini tak lepas dari semangat kolektif kawan-kawan yang terus bersolidaritas,” ujarnya dikutip pada, Senin (2/10/2023) dikutip Suara Malang.
Banyak masyarakat yang menghormati dan terus merawat ingatan Tragedi Kanjuruhan dengan mencetak poster sendiri dan menempelkannya di setiap sudut wilayah Malang Raya.
“Mereka mencetak dan menggandakan poster sendiri untuk disebar ulang atau dipasang di tempat mereka masing-masing. Menariknya, kawan-kawan yang bersolidaritas ini belum pernah kami kenal atau temui sebelumnya,” katanya.
Dijelaskan, aksi Paper Power muncul ketika masyarakat Malang sedang berjuang untuk menuntut keadilan, namun tiba-tiba muncul banyak isu, salah satunya mengenai rivalitas.
“Mulai dari adanya pernyataan yang kurang tepat dari salah satu koordinator Tim Gabungan hingga isu rivalitas sepak bola yang masih dipermasalahkan,” katanya.
Alhasil, muncul polemik yang justru mereduksi simpati terhadap korban Tragedi Kanjuruhan di media sosial. Paper Power ini mengembalikan ingatan masyarakat terhadap Tragedi Kanjuruhan.
Poster tersebut memiliki banyak desain, seperti isu tindakan represif aparat, federasi sepak bola, klub, hingga ikon Munir, petarung asal Malang.
“Ikon Munir kita hadirkan dengan menggunakan syal suporter, itu merepresentasikan aktivis HAM yang juga sekaligus merupakan Arek Malang,” katanya.
Siapapun dapat menggunakan desain Paper Power Tragedi Kanjuruhan tanpa lisensi atau hak cipta.
“Tidak penting siapa dibalik Paper Power, bagi kami yang terpenting adalah demokrasi dan keberpihakan hadir ditengah masyarakat yang menjadi korban ketidakadilan, terkhusus korban Tragedi Kanjuruhan yang sudah 1 tahun ini tidak pernah mendapatkan rasa keadilan yang semestinya,” tandasnya.