Metaranews.co, Tulungagung – Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Kediri menggelar pelatihan kemanan digital di Dulur Kopi Kabupaten Tulungagung. Kegiatan ini bertujuan sebagai langkah preventif untuk membentengi jurnalis dari masifnya serangan berbasis digital, Minggu (17/12/2023).
Pelatihan keamanan digital diikuti oleh puluhan peserta yang berasal dari jurnalis media mainstream dan lembaga pers mahasiswa, yang berasal dari Kabupaten Ponorogo, Trenggalek, Tulungagung dan Blitar. Adapun narasumber adalah Trainer Digital Security, Muchlis Ubaidhillah dan Pengurus AJI Kediri, Kholisul Fatikin.
Ketua AJI Kediri, Danu Sukendro mengatakan bahwa berdasarkan data AJI Indonesia, kasus kekerasan terhadap jurnalis mengalami kenaikan dalam dua tahun terakhir. Dimana pada 2021 tercatat ada 41 kasus kekerasan, sedangkan 2022 meningkat menjadi 61 kasus kekerasan terhadap jurnalis.
“Sejak 2023 hingga menjelang akhir tahun, AJI Indonesia telah mencatat ada 79 kasus kekerasan yang dialami oleh jurnalis,” tuturnya.
Danu menjelaskan, apabila dicermati, pola kasus kekerasan terhadap jurnalis semakin variatif. Dimana kekerasan tidak hanya berupa fisik atau verbal, tapi kini juga bertransformasi dalam serangan digital.
“Mulai 2021 ada pola baru, berupa serangan digital terhadap jurnalis. AJI Indonesia mencatat, bahwa pada 2021 terdapat lima kasus serangan digital dan bertambah menjadi 15 kasus pada 2022,” jelasnya.
Serangan digital tidak hanya pada website, melainkan serangan jurnalis juga menyasar akun media sosial pribadi. Pada 2022 ada kasus serangan digital yang menonjol, yakni serangan digital terhadap akun media sosial 37 jurnalis narasi.
“Maka dari itu kami melakukan berbagai upaya preventif terhadap maraknya kasus serangan digital,” paparnya.
Apalagi saat ini tahapan Pemilu 2024 sudah mulai berlangsung. Terkadang upaya untuk membuka fakta dianggap menjadi suatau hal yang mengancam dan munculah upaya pembungkaman terhadap jurnalis. Salah satunya melalui serangan digital terhadap jurnalis.
“Peran jurnalis itu sangat vital ketika Pemilu, karena memiliki peran dalam memenuhi hak masyarakat dalam keterbaruan informasi. Dengan adanya pelatihan ini, jurnalis diharapkan mampu memahami pola dan membentengi diri dari serangan digital,” imbuhnya.
Sementara itu, Trainer Digital Security, Ubaidhillah menambahkan, adapun materi yang disampaikan yakni laporan situasi kekerasan digital, keamanan perangkat dan komunikasi, memahami persandian, sampai dengan cara mengelola indentitas dengan baik.
“Peserta diberikan materi yang berkaitan dengan pengelolaan dan mitigasi keamanan digital, khususnya pada akun dan perangkat pribadi. Tujuannya, supaya kasus-kasus serangan peretasan di luar sana tidak terulang kembali pada teman-teman jurnalis,” pungkasnya.