Metaranews.co, Kediri – Karangan bunga tanda bela sungkawa dari Jenderal TNI hingga Komandan Kodim Kediri berjajar di depan rumah Zuliana di Desa Sukoharjo, Kecamatan Plemahan, Kabupaten Kediri. Lantunan ayat suci Al-Quran dan Kalimah Toyyibah juga masih menggema dan terdengar hingga dari luar rumah.
Zuliana adalah ibu dari anggota TNI, Prada Beryl Kholif Al Rohman, anggota Peleton III Kipan A Yonif PR 431/SSP, yang gugur usai adanya serangan KKB di Distrik Kiwirok, Kabupaten Pegunungan Bintang, Papua, pada Rabu (29/6/2022) sore.
Mata Zuliana masih sendu saat Metara datang ke rumahnya. Raut kehilangan tergambar jelas di matanya. Bagaimana tidak, Prada Beryl adalah salah satu anak yang baginya membanggakan keluarga, karena dapat menjadi anggota TNI yang membela bangsa dan negara untuk melawan kelompok sparatis di Papua.
Sebelum meninggal ia tak punya firasat apapun, bahkan seminggu sebelumnya ia sempat melakukan Video Call dengan Beryl. Saat itu mereka saling mengobrol membahas banyak tentang kekasih hati, hingga kapan almarhum akan menikah.
“Seminggu sebelum meninggal, Beryl Video Call (VC) saya, saya disuruh bersihkan kamarnya karena mau pulang ke Jawa mau ambil cuti. Tidak ada firasat jika ternyata dia mau meninggal, karena dia anak itu sangat suka bersih rapi, jadi kalau disuruh membersihkan kamar lumrah bagi saya,” jelas Zuliana kepada Metaranews.co, di Rumah Duka, Kamis (30/6/2022).
Bagi Zuliana, Beryl adalah anak yang sangat baik, banyak kenangan yang masih tergambar jelas diingatan ibu dua anak itu. Salah satu kenangan adalah saat putra terakhirnya itu mencoba memberikan hasil kerjanya kepadanya. Padahal saat itu Beryl tak punya banyak uang juga.
“Jadi saya di telepon, katanya, buk asa sedikit uang di rekeningku yang ku letakkan di dalam almari kamar, ibu ambil untuk keperluan Idul Fitri, saya disini biar makan seadanya. Loh le kalau di buku rekening tidak bisa diambil karena harus pakai tanda tangan kamu, sahut saya. Akhirnya dia sedih sekali waktu itu, tidak tega sama saya,” kenang Zuliana.
Tak cukup sampai disitu, bagi Zuliana Beryl adalah anak yang sangat patuh kepada orang tua, santun dan pintar. Semasa hidup, mendiang tak pernah membantah apa yang diucapkan oleh sang ibu.
“Pernah suatu saat saya di telepon untuk dimintai pendapat soal dia akan menikah pada umur 25 tahun. Namun saya sanggah jangan 25 tapi 27 saja. Jangan buru-buru. Dan Saya tidak menyangka jika akan secepat ini ditinggalkan Beryl,” ungkapnya.
Saat ini Zuliana tak meminta apa-apa, bahkan peradilan untuk kelompok yang telah menyebabkan anaknya merenggang nyawa. Karena baginya apapun yang terjadi saat ini adalah kehendak yang maha kuasa, yang harus diterima dengan lapang dada.
“Semua sudah takdir, apapun itu sudah saya terima dengan lapang dada. Yang terpenting saya bangga anak saya meninggal karena membela bangsa dan negara di sana,” tukasnya.
Sementara itu, Kepala Desa Sukoharjo, Kecamatan Pelemahan, Kabupaten Kediri, Ahmad mengatakan, sosok Beryl diakuinya adalah sosok yang sangat sopan dan santun kepada siapapun. Bahkan setelah ia sudah menjadi prajurit TNI.
“Saya saksi hidup alhamarhum, saya tahu karena saya juga yang menjemput ia seusai pendidikan dan mengantar saat ia berangkat bertugas. Dia sangat sopan kepada orang yang lebih tua,” katanya.
Ahmad juga mengaku bangga ada sosok muda di desanya yang setangguh dan sesemangat Beryl. “Saya yang bukan siapa-siapa ikut bangga dengan Beryl. Dan saya yakin Almarhum meninggal dunia dengan keadaan Syahid karena membela bangsa dan negara,” tukasnya.(E2)