Metaranews.co, Malang – Belakangan D3 Keuangan dan Perbankan Universitas Brawijaya (UB) ramai diperbincangkan di jagat maya. Hal ini dikarenakan jurusan itu mencantumkan ‘good looking’ sebagai salah satu syarat masuk sebagai mahasiswa. Aturan itu diketahui tertera dalam syarat dokumen masuk kuliah.
Ketua Departemen Bisnis dan Hospitality Fakultas Vokasi UB, San Rudianto mengatakan ada alasan mengapa itu dicantumkan. Terlebih, ia juga mengklaim bahwa definisi ‘good looking’ sangat luas, tidak melulu soal cantik ataupun ganteng.
Menurut San Rudianto, persyaratan itu sudah ada sejak D3 Keuangan dan Perbankan didirikan. Hal ini dikarenakan pendidikan vokasi yang menerapkan link and match dengan Dunia Usaha Dunia Industri (DUDI) khususnya perbankan.
Sehingga sebagai perguruan tinggi pihaknya mengambil beberapa persyaratan dari dunia kerja untuk menyiapkan kebutuhan tersebut.
“Karena di kami kan vokasi ini link and match dengan dunia industri termasuk perbankan. Sebagai pendidikan yang outputnya langsung terserap oleh industri, maka, kita lihat di dunia industri ada apa saja (syarat umum) salah satunya kita pakai sebagai tambahan syarat. Diawal (masuk) kita harapkan tidak ada mahasiswa yang lulus lalu tertolak (oleh dunia kerja),” ujarnya.
Dikatakan, syarat itu hanya tambahan. Sebab syarat utamanya adalah lolos seleksi terlebih dulu untuk masuk prodi menggunakan nilai rapor atau UTBK.
“Maka good looking bukan berarti harus cantik atau ganteng. Tapi dilihat performance-nya, proporsional, smart, pembawaannya, cara ngomongnya, bahkan gesture. Itu bagian dari good looking yang kita jasikan sebagai salah satu untuk tambahan ujian masuk tadi,” sambungnya.
Meski demikian, peminat prodi ini terbilang cukup banyak. Bahkan, kata San Rudianto, D3 Keuangan dan Perbankan merupakan salah satu prodi yang memiliki jumlah mahasiswa paling besar di vokasi.
“Itu (D3 Keuangan dan Perbankan) salah satu prodi yang jumlah mahasiswanya paling besar di vokasi. Itu sekitar 500an lebih satu angkatan,” terangnya.
Bahkan, untuk menghasilkan kualitas lulusan yang berdaya saing, kurikulumnya juga dikerjakan bersama industri. Dosen di vokasi juga melibatkan dunia industri sesuai bidangnya masing-masing.
“Lulusan vokasi kan kalau tidak diserap akan jadi persoalan. Maka diupayakan seminimal mungkin dengan pola-pola (syarat dan kerjasama) itu tadi,” tukasnya.