Hari Puisi Nasional, Penghormatan Kepada ‘Si Binatang Jalang’ Chairil Anwar

Hari Puisi Nasional
Mural Chairil Anwar di Jogjakarta. (Sumber foto by Facebook)

Metaranews.co, Budaya – Tepat hari ini, Jumat (28/4/2023) diperingati Hari Puisi Nasional yang memang selalu jatuh di tanggal 28 April setiap tahunnya.

Peringatan Hari Puisi Nasional ini diabadikan untuk mengenang wafatnya pujangga kenamaan Indonesia, Chairil Anwar.

Bacaan Lainnya

Penetapan 28 April sebagai Hari Puisi Nasional yang merupakan tanggal wafatnya Chairil terbilang unik. Biasanya hari peringatan diambil dari hari lahir seorang tokoh berpengaruh di bidang yang diperingati.

Hari Puisi Nasional
Mural Chairil Anwar di Jogjakarta. (Sumber foto by Facebook)

Misalnya Hari Pendidikan Nasional yang diperingati setiap tanggal 2 Mei adalah hari lahir Ki Hajar Dewantara, atau Hari Musik Nasional yang diperingati setiap tanggal 21 April yang merupakan tanggal lahir WR Supratman.

Siapa yang tidak kenal Chairil Anwar? Puisi-puisi nya selalu mendobrak zaman kala itu. Hingga masih bisa dinikmati oleh generasi saat ini.

Ia merupakan sosok penyair yang telah menghasilkan 96 karya, termasuk 70 puisi. Berkat dedikasinya di bidang sastra, Chairil Anwar dinobatkan sebagai pelopor angkatan 45.

Karya Chairil Anwar memang mewarnai dunia sastra di Indonesia. Banyak karyanya yang sangat terkenal. Seperti puisi menggelora ya yang bertema perjuangan seperti “Aku”, “Karawang-Bekasi”, dan “Diponegoro”.

Untuk tema romantis dan kontemplasi, beberapa yang terkenal adalah “Senja di Pelabuhan Kecil”, “Doa”, dan “Selamat tinggal”.

Penetapan 28 April sebagai Hari Puisi Nasional tertuang dalam Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tanggal 12 Agustus 1969.

Sejarah Hari Puisi Nasional yang merupakan peringatan wafatnya Chairil Anwar dipilih karena perannya sebagai pelopor Angkatan 45.

Chairil diwakili putri tunggalnya, Evawani Alissa, yang juga menerima Anugerah Seni dari Pemerintah Indonesia saat menetapkan Hari Puisi Nasional.

Sosok Chairil Anwar

Melansir Liputan6, Chairil lahir di Medan, 26 Juli 1922. Ia merupakan anak dari mantan Bupati Indragiri Riau, dan masih memiliki hubungan keluarga dengan Perdana Menteri pertama Indonesia, Sutan Sjahrir.

Chairil menempuh pendidikan di Hollandsch-Inlandsche School (HIS), kemudian melanjutkan pendidikannya di Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO) Medan.

Chairil lalu merantau ke Batavia bersama ibunya kemudian melanjutkan pendidikannya di MULO Batavia, namun hanya sampai tingkat kedua.

Meski tidak menyelesaikan pendidikannya di MULO, Chairil yang memiliki minat di bidang bahasa ini mampu menguasai tiga bahasa asing, yakni Inggris, Belanda, dan Jerman.

Chairil dikenal sebagai monster pemakan buku, ia membaca berbagai jenis buku. Tak jarang untuk memenuhi keinginannya membaca, Chairil mencuri buku di toko karena tidak mampu membelinya.

Chairil Anwar terkenal dengan ide-ide puisinya yang inovatif. Puisi “Aku” yang ditulis pada tahun 1943 diterbitkan di majalah Timur pada tahun 1945 dianggap sebagai puisi yang berpengaruh besar pada Generasi ke-45. Dari puisi inilah Chairil mendapat julukan ‘Binatang Jalang’

Chairil Anwar adalah seorang penyair yang produktif. Selama periode 1942–1949 Chairil menulis 70 puisi asli, 4 saduran, 10 puisi terjemahan, 6 prosa asli, dan 4 prosa terjemahan. Ia juga seorang penyair yang memelopori penggunaan bahasa Indonesia yang lugas dalam puisi modern.

Puisinya sering dianggap sebagai karya yang mencerminkan semangat perjuangan dan nasionalisme bangsa Indonesia saat itu. Karya-karyanya banyak dijadikan bahan bacaan di sekolah-sekolah dan dianggap sebagai warisan budaya Indonesia yang harus dilestarikan.

Sastrawan pada masa sebelum kemerdekaan, seperti penyair Lamarga Lama hingga sastrawan Angkatan ke-45, termasuk Chairil Anwar, adalah para penabuh semangat perjuangan.

Tak hanya menggubah puisi yang mengobarkan semangat anak bangsa, Chairil dan sastrawan lainnya menciptakan jargon-jargon perjuangan yang mengobarkan semangat perjuangan.

Kemudian pada masa pra kemerdekaan hingga pasca kemerdekaan, istilah-istilah yang mengobarkan perjuangan dirumuskan dalam karya sastra, sehingga menjadi semboyan yang efektif untuk memicu rasa nasionalisme.

Contohnya seperti motto “merdeka atau mati!” atau “berjuang sampai titik darah penghabisan” yang tertulis di poster perjuangan pelukis Affandi, serta slogan terkenal penyair Chairil Anwar, “Bung Ayo Bung!”.

Chairil menikah dengan Hapsah Wiraredja pada 6 Agustus 1946 dan bercerai pada akhir tahun 1948. Dari pernikahannya dengan Hapsah Wiraredja, Chairil memiliki seorang putri bernama Evawani Alissa.

Chairil Anwar meninggal dalam usia yang relatif muda, yakni 27 tahun. Chairil meninggal dunia pada pukul 15.00 tanggal 28 April 1949 di Rumah Sakit CBZ Jakarta. Ia menderita penyakit paru-paru dan dimakamkan di Pemakaman Umum (TPU) Karet Bivak, Jakarta Pusat.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *