Metaranews.co, Kabupaten Nganjuk – Para petani di Dusun Sobo, Desa Kepel, Kecamatan Ngetos, Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur, semringah. Harapan mereka untuk bisa menanam tiga kali dalam setahun kini terwujud.
Selama ini, petani Dusun Sobo, Desa Kepel, hanya bisa menanam dua kali dalam setahun. Penyebabnya, mereka kesulitan mengairi sawah, dan lebih mengandalkan sistem pertanian tadah hujan.
Namun kini setelah dilakukan pipanisasi oleh aparat TNI, persoalan sulitnya air mulai teratasi.
“Sebelum ini kendalanya masalah penanaman ya enggak ada air,” ujar Ketua Kelompok Tani Bukit Makmur di Desa Kepel, Sarimun (52), kepada Kompas.com, Senin (27/5/2024).
Sarimun mengatakan, persoalan sulitnya pengairan tersebut mulai terpecahkan setelah dilakukan pipanisasi oleh aparat TNI.
Oleh aparat TNI, air dari Sumber Mata Air Hargojali disambungkan dengan pipa, dialirkan ke bak penampungan. Dari bak bak penampungan itu, airnya lantas didistribusikan ke persawahan warga.
“Biasanya kami hanya maksimal dua kali (panen) dalam setahun. Setelah ada pipanisasi ini, harapannya bisa tiga kali musim tanam,” ucap Sarimun.
Hal sama disampaikan Jamin (42), petani jagung dan cengkeh di Dusun Sobo, Desa Kepel. Jamin mengaku bersyukur persoalan air yang selama ini menjadi kendala para petani mulai teratasi.
“Biasanya kalau petani di sini taman jagung, padi, ketela, cengkeh. Sistemnya ya tadah hujan lah. Sebenarnya ada irigasi, tapi dulu airnya kecil, sekarang (setelah ada pipanisasi) sudah besar,” tuturnya.
Program pipanisasi ini, kata Jamin, telah dirasakan manfaatkan oleh para petani Dusun Sobo, Desa Kepel, sebulan terakhir ini.
“Ini yang bangun Pak Tentara,” kata dia.
Pangdam V/Brawijaya, Mayjen TNI Rafael Granada Baay menjelaskan, pipanisasi di Dusun Sobo, Desa Kepel, ini merupakan program yang digagas oleh Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD).
Hal itu ditegaskan Rafael usai kegiatan penanaman jagung oleh Pangdam V/Brawijaya bersama masyarakat di Desa Kepel, Kecamatan Ngetos, Kabupaten Nganjuk, Senin (27/5/2024).
Menurut Rafael, program ini dilatarbelakangi atas keluh kesah para petani yang kesulitan dalam memenuhi pengairan sawahnya.
“Jadi sebenarnya di sini sudah ada irigasi. Tetapi permasalahannya aliran air itu habis di peresapan ketika bergerak, sehingga tidak sampai ke perkebunan,” jelas Rafael.
“Dengan konsep pipanisasi inilah, kita bisa alirkan air itu sampai ke perkebunan, dan ini bisa mengairi kurang lebih mencapai 75 sampai 80 hektare perkebunan masyarakat,” lanjut dia.
Adapun panjang pipanisasi ini mencapai 1.650 meter, dan nantinya masih akan ditambah 1.450 meter lagi.
“Ini airnya gratis, petani tidak perlu memungut biaya, urunan tidak perlu,” tegasnya.