Duh! 29.000 Warga Jombang ‘Nganggur’

Jombang
Caption: Kepala Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Jombang, Priadi. Doc: Karimatul Maslahah/Metaranews.co

Metaranews.co, Kabupaten Jombang – Jumlah angka pengangguran terbuka di Jombang masih cukup tinggi.

Per Desember 2023 ini, Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Jombang mencatat ada sekitar 29.000 orang di Kota Santri yang menganggur.

Bacaan Lainnya

Jumlah tersebut diklaim Dinas Tenaga Kerja setempat menurun dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 36.000 orang.

Kepala Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Jombang, Priadi menyampaikan, berdasarkan data yang diterima, jumlah warga Jombang dengan usia kerja mulai 15-64 tahun yang menganggur mencapai 29.000 orang.

“Ya, tapi jumlahnya mengalami penurunan setiap tahun,” ujar Priadi, Kamis (21/12/2023).

Dijelaskan Priadi, pada 2022 lalu angka pengangguran terbuka tercatat ada sekitar 36.000 orang. Jumlah itu diklaim menurun dari tahun 2021 sekitar 50.000 orang.

“Namun data itu kan fluktuatif seiring berjalannya waktu,” tambah pria asli Kecamatan Kudu, Kabupaten Jombang, ini.

Menurut Priadi, ada beberapa faktor kenapa jumlah pengangguran terbuka di Jombang mencapai puluhan ribu setiap tahunnya.

Salah satunya, kata dia, banyak yang memilih masih mencari kerja sesuai kompetensi atau keahlian yang dimiliki, sehingga mereka belum mendapatkan pekerjaan.

“Jadi setelah kami telusuri ternyata yang diproritaskan saat mereka sekolah adalah kompetensi atau ketrampilan. Sedangkan soft skill seperti semangat, motivasi, kerja sama, daya juang, itu kurang,” tambahnya.

Menindaklanjuti hal itu, Disnaker Kabupaten Jombang kemudian turun ke sekolah-sekolah untuk memberikan motivasi kepada siswa kelas 12, agar punya daya juang serta semanga tinggi.

“Saya tekankan bahwa hidup itu harus diperjuangkan, karena pekerjaan tidak akan selalu cocok dengan jurusan. Tapi dijalani dulu saja, karena akhirnya nanti akan mengalir, dan bisa membangun ekonomi mereka secara mandiri,” papar Priadi.

Untuk menekan angka pengangguran terbuka, Priadi mengaku pihaknya juga melakukan beberapa hal.

Misalnya mengadakan job fair, pelatihan berbasis kompetensi di lembaga pelatihan kerja (LPK) maupun BLK komunitas, hingga mengikutsertakan sertifikasi profesi.

“Kita juga mengadakan pelatihan singkat, yang kita arahkan untuk membuka lapangan pekerjaan sendiri mulai membuat kue, menjahit, maupun beberapa jenis ketrampilan lainnya selama 3-4 hari di beberapa balai desa,” pungkasnya.

Pos terkait