Kata Dinkes Soal Angka Stunting di Kota Kediri yang Masih Tinggi

Stunting Kediri
Caption: Kantor Dinkes Kota Kediri. Doc: Anis/Metaranews.co

Metaranews.co, Kota Kediri – Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Kediri angkat bicara terkait masih tingginya kasus stunting di Kota Tahu, nama lain Kota Kediri, Jawa Timur.

Tingginya kasus stunting di Kota Kediri tersebut bakal direspon oleh pihak Dinkes dengan menggencarkan program pencegahan sejak dini.

Bacaan Lainnya

Salah satunya, pihak Dinkes bakal melakukan pemeriksaan haemoglobin (Hb) kepada para remaja putri kelas 7-10 tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Kota Kediri.

Pasalnya, Hb yang rendah, kurang darah atau anemia berpengaruh terhadap kesehatan remaja putri ketika memasuki masa reproduksi dan berdampak pada tingginya kasus stunting.

“Untuk untuk kasus stunting ini penanganannya tidak bisa untuk secara jangka pendek, namun harus jangka panjang. Penanganan tersebut mulai dari skrining Hb,” ujar Kepala Dinkes Kota Kediri, Muhammad Fajri Mubasysyir, Senin (29/1/2024).

“Fokus kita ke remaja putri, karena awalnya dari situ,” tambahnya.

Fajri mengatakan, selain pemeriksaan Hb pada remaja putri, pihaknya juga sudah melengkapi alat pemeriksaan ibu hamil di sembilan Puskesmas yang ada di Kota Kediri.

Alat tersebut berupa USG untuk memeriksa kesehatan janin, dan antropometri kit untuk  mendeteksi stunting pada anak melalui pengukuran berat badan, panjang dan tinggi badan, serta lingkar lengan atas dan kepala.

Kemudian, lanjut Fajri, para ibu hamil dan balita yang terdeteksi kekurangan gizi akan diberikan bantuan berupa makanan tambahan.

“Ada dua yang kita diberikan apabila ada data stunting di Kota Kediri, ada PKMK dan PMT (pemberian makanan tambahan),” jelasnya.

Terkait target penanganan kasus stunting tahun ini, Fajri menyebut pihaknya masih akan melaksanakan kegiatan-kegiatan seperti tahun 2023 lalu.

Fajri pun mengungkap bahwa kasus stunting di Kota Kediri per September 2023 ada sebanyak 860 kasus. Angka tersebut, kata dia, menurun dibandingkan tahun 2022 yang mencapai 941 kasus.

“Jadi prevalensinya sudah menurun di angka 8,1 persen dari batas target nasional 2023 14 persen,” pungkasnya.

Pos terkait