Kreativitas Tanpa Batas! Ketika Ratusan Siswa di Kediri Belajar Bertani dan Beternak Terpadu di Atap Sekolah

Kediri
Caption: Siswa SMK Pawyatan Daha 2 Kediri saat memanen lele di lahan budidaya perikanan dan pertanian terintegrasi di atap sekolah mereka, Jumat (9/5/2025). Doc: Meteranews.co/Darman

Metaranews.co, Kota Kediri – Memanfaatkan lahan tidak produktif berupa dek bangunan di sekolah, ratusan siswa SMK Pawyatan Daha 2 Kediri menjalankan program kewirausahaan berupa budidaya perikanan dan pertanian integrasi.

Siswa kelas XI jurusan Manajemen Perkantoran dan Layanan Bisnis (MPLB) mulai setahun ini mengembangkan sistem pertanian aquaponik dan hidroponik.

Bacaan Lainnya

Pengamatan METARA, Jumat (9/5/2025), tampak para siswa tengah memberi pakan lele di lantai dua gedung sekolah yang tidak terpakai, yang disulap menjadi lahan kawasan pertanian modern.

Di atap sekolah itu para siswa memang membudidayakan ikan lele, yang terintegrasi dengan kebun sayuran seperti kangkung, pakcoy, selada air, dan sawi.

Sistem sikulasi air terpadu memungkinkan tanaman mendapatkan air dan makanan dari kotoran lele sebagai sumber nutrisi tanaman, tanpa repot melakukan penyiraman setiap hari.

“Di sini kita bisa belajar menanam tanpa susah melakukan penyiraman setiap hari. Kita juga belajar berwirausaha, belajar mengelolah keuangan, yang berawal dari uang kas kelas. Kemudian kita belajar mengatur modal dan mengelolah keuntungan untuk kelangsungan usaha,” ujar Johan Dwi Nugroho, siswa kelas XI MPLB.

Dari lahan ini, lele bisa dipanen setiap tiga bulan sekali, sedangkan untuk sayuran bisa dipanen setiap 20 hingga satu bulan sekali.

Hasil panen budidaya ikan dan sayuran ini oleh siswa dipasarkan ke sejumlah pedagang lalapan, guru atau masyarakat umum yang berminat.

Keuntungan dari program tersebut dikelola kembali untuk membeli bibit ikan dan sayur, pakan, serta perlengakapan budidaya.

“Karena ini pembelajaran mata pelajaran kewirausahaan, skalanya masih kecil, kebetulan kita juga mendukung program ketahanan pangan dari pemerintah pusat. Selain budidaya, siswa belajar pengelolaahan keuangan, modalnya iuran dari anak-anak, hasilnya kembali ke anak-anak,” jelas Guru Pembina, Mahmud Septian Avrizal  .

Dari sisi sosial, para siswa juga bisa belajar bersosial dengan masyarakat umum, karena para siswa memasarkan prodaknya langsung di tengah-tengah masyarakat. Selian itu juga membangun rasa kebersamaan dan gotong royong antartim.

“Jadi anak-anak tidak canggung menghadapai orang-orang yang ada di luar, kadang siswa itu agak cangung menghadapi orang umum. Gotong royongnya juga dapat dalam pengelolaan kewirausahaan dalam satu kelas,” imbuh Mahmud.

Produk para siswa ini dipasarkan melalui online baik di media sosial sekolah maupun di media sosial para siswa kelas XI yang mengikuti program tersebut.

Melalui program ini, diharapkan mampu mencetak entrepreneur muda di zaman yang penuh tantangan ke depan.

Pos terkait