Mas Dhito Launching Destination Branding ‘Kediri Berbudaya’, Gantikan ‘Kediri Lagi’

Mas Dhito
Caption: Kegiatan launching destination branding ‘Kediri Berbudaya’ di Monumen Simpang Lima Gumul (SLG), Sabtu (25/3/2023). Doc: Anis/Metaranews.co

Metaranews.co, Kabupaten Kediri – Rangkaian peringatan Hari Jadi ke-1219 Kabupaten Kediri ditutup dengan kegiatan launching destination branding ‘Kediri Berbudaya’ di Monumen Simpang Lima Gumul (SLG), Sabtu (25/3/2023).

Launching destination branding ‘Kediri Berbudaya’ ini dihadiri oleh Bupati Kediri, Hanindhito Himawan Pramana. Adapun dengan adanya launching ini, kini ‘Kediri Berbudaya’ resmi menggantikan slogan lama ‘Kediri Lagi’.

Bacaan Lainnya

“Kita hari ini melaunching yang sebelumnya Kediri Lagi, menjadi Kediri Berbudaya,” kata Bupati Kediri yang akrab disapa Mas Dhito itu saat melaunching destination branding ‘Kediri Berbudaya’, Sabtu (25/3/2023).

Mas Dhito menerangkan, arti dari branding ‘Kediri Berbudaya’ mengandung banyak makna baik di dalamnya. Di mana Kediri diartikan sebagai manusia yang melihat jati dirinya sendiri.

Kemudian Berbudaya sendiri dapat diartikan mempunyai akal pemikiran budi yang maju.

“Jadi artinya Kediri berbudaya itu dari diri sendiri, mempunyai akal pemikiran budi yang maju,” jelas Mas Dhito.

Menurut Mas Dhito, kata branding ‘Kediri Berbudaya’ ini diambil dari ratusan arca, situs, dan ragam kesenian yang ada di Kabupaten Kediri.

“Berbudaya itu berasal dari hampir lebih sari 509 arca atau situs yang ada di Kabupaten Kediri.  Berangkat dari situ beragam budaya kesenian muncul,” lanjutnya.

Dengan diresmikan destination branding Kabupaten Kediri menjadi ‘Kediri Berbudaya’, Mas Dhito berharap mampu menjadi penyeimbang kemajuan daerah, seiring dengan adanya pembangunan proyek bandara.

“Harapannya ini bisa mngimbangi ketika bandara beroperasi, branding destination ini bisa terbentuk,” tuturnya.

Ketua Dewan Kesenian Kebudayaan dan Kesenian Kabupaten Kediri (DK4), Imam Mubarok menambahkan, arti kebudayaan memiliki akar yang sama dengan arti peradaban.

Peradaban, kata Mubarok, mengajarkan pengendalian diri dari dorongan dasar kemanusiaan. Sedangkan kebudayaan lebih mengarah kepada kemampuan manusia dalam pengendalian alam melalui ilmu pengetahuan dan teknologi.

“Budaya atau peradaban adalah keseluruhan yang kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, seni, hukum, moral, adat, dan setiap kemampuan, dan kebiasaan yang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat,” jelasnya.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *