Masjid Jami’ Al-Khotib: Saksi Bisu Sejarah Islam Era Kolonial di Kediri yang Tetap Lestari

Masjid Jami’ Al-Khotib
Caption: Masjid Jami’ Al-Khotib di Jalan Diponegoro, Desa Adan-adan, Kecamatan Pagu, Kabupaten Kediri, Jawa Timur, Senin (3/3/2025). Doc: Anis/Metaranews.co

Metaranews.co, Kabupaten Kediri – Masjid Jami’ Al-Khotib, sebuah mahakarya arsitektur kuno era kolonial, berdiri kokoh di Kabupaten Kediri.

Bangunan bersejarah ini telah ditetapkan sebagai cagar budaya, memancarkan pesona dengan menara segi enamnya, simbol rukun iman yang dipadukan dengan sentuhan gaya arsitektur Belanda.

Dengan atap model pelana yang megah, masjid ini menyimpan cerita panjang.

Menurut Haji Masduki, pengurus Takmir Masjid Jami’ Al-Khotib, masjid ini didirikan pada masa kolonial Belanda oleh Kiai Khotib, seorang keturunan prajurit Pangeran Diponegoro.

“Ini masjid mbah saya, Kiai Haji Khotib, berdiri pada tahun 1936, masih zaman Belanda,” kata Masduki, Senin (3/3/2025).

Masduki mengisahkan, bentuk awal masjid tidaklah seperti yang terlihat sekarang.

Bangunan asli masjid berada di bagian dalam. Sementara pelataran luas yang ada saat ini merupakan hasil renovasi oleh warga setempat pada tahun 1986.

Bangunan-bangunan peninggalan era kolonial yang masih terjaga keasliannya hingga kini meliputi bangunan utama masjid, toilet, dan menara.

Menara yang dibangun bersamaan dengan masjid pada tahun 1936 ini awalnya berfungsi sebagai tempat mengumandangkan azan, sebelum pengeras suara ditemukan.

Menara dua lantai ini juga pernah digunakan sebagai tempat mengaji.

“Dahulu kalau azan naik ke atas menara, kan ada tangganya. Setelah pelatarannya dibangun, menara sudah tidak digunakan untuk kegiatan,” jelasnya.

Kini, menara tersebut menjadi bagian dari masjid dan dimanfaatkan sebagai tempat penyimpanan barang.

Selain menara, terdapat prasasti berbahasa Belanda yang ditempatkan di atas pintu masuk masjid.

Prasasti ini merupakan pengingat akan izin pendirian masjid yang diterbitkan pada masa pemerintah kolonial Hindia Belanda.

“Istilahnya sebagai pengingat, berbahasa belanda, nomor izin berdirinya masjid bertanggal 22 September tahun 1936,” tutur Masduki.

Lokasi masjid yang strategis di persimpangan Jalan Pare-Kota Kediri membuatnya tak pernah sepi pengunjung.

“Tidak hanya dari Kediri, pengunjug datang juga dari luar Kediri dari tujuan Malang, hingga Blitar,” beber Masduki.

Meskipun tergolong masjid kuno, pengelola Masjid Jami’ Al-Khotib tetap berupaya melestarikan tempat ibadah peninggalan Kiai Khotib ini.

Berbagai kegiatan rutin diadakan, seperti kuliah subuh, pengajian, serta salat Jumat dan salat lima waktu berjemaah.

Sesuai amanah Kiai Khotib, pengelola masjid menjaga keaslian bentuk bangunan utama, termasuk empat tiang penyangga dari kayu jati.

Pos terkait