Panjalu dan Jenggala, 2 Kerajaan Penerus Medang Periode Jawa Timur

Medang
Caption: Batu kuno berupa padmasana ditemukan dengan pahatan burung garuda masa Raja Airlangga di kompleks pemakaman Setono Gedong Kota Kediri. Doc: Anis/Metaranews.co

Metaranews.co, Kediri – Sejarah Kerajaan Kadiri tak bisa dipisahkan dengan keberadaan Kerajaan Mataram hindu atau Medang.

Sebab, bisa dikatakan bahwa Kerajaan Medang lah cikal bakal dari Kerajaan Kadiri atau Panjalu.

Bacaan Lainnya

Cerita itu berawal saat Kerajaan Medang di Jawa Tengah terpaksa memindahkan pusat pemerintahan ke Jawa Timur pada abad ke-10 masehi.

Penyebab Kerajaan Medang ‘hijrah’ ke Jawa Timur ini ada beberapa versi. Ada yang menyebut karena kerajaan yang lama dilanda bencana alam, dan ada yang menyebut karena adanya pemberontakan.

Perpindahan pusat pemerintahan ini dilakukan oleh raja pertama Kerajaan Medang periode Jawa Timur, yakni Mpu Sindok. Mpu Sindok sendiri mulai menjadi raja pada tahun 851 Saka atau 929 masehi.

“Mpu Sindok itu kerajaannya masih Kerajaan Medang, yang saat itu mungkin sedang ada revolusi (pemberontakan), atau teori besarnya ada bencana (alam), sehingga pindah pusat pemerintahannya ke Jawa bagian timur,” ujar Sejarawan Kediri, Novi Bahrul Munib, Sabtu (1/6/2023).

Novi menuturkan, Mpu Sindok mempunyai beberapa keturunan, salah satunya Dharmawangsa yang berhasil membawa Kerajaan Medang periode Jawa Timur berada pada puncak masa kejayaannya.

Kemudian, Raja Dharmawangsa menikahkan keponakannya, yakni Airlangga yang berasal dari Pulau Bali.

Pada suatu ketika, tutur Novi, Airlangga melarikan diri ketika Kerajaan Medang diserang oleh Kerajaan Sriwijaya.

Airlangga bersembunyi di hutan selama serangan berlangsung, hingga pada akhirnya ia kembali dan merebut lagi kerajaan tersebut.

“Dan terjadi kekacauan di masa Darmawangsa itu. Airlangga dibantu sama pendukung-pendukungnya untuk bergerilya dari hutan ke hutan, di wilayah sekitar utara Jombang ke (wilayah) Lamongan,” jelasnya.

Menurut Novi, kiprah Airlangga rupanya berpengaruh besar atas upaya gerilya tersebut, hingga mampu merebut kembali Kerajaan Medang dari musuh.

Berkat hal tersebut, Airlangga lantas diangkat menjadi Raja Medang yang baru.

“Meskipun dia bukan keturunan langsung dari (Raja) Darmawangsa, namun ia masih ada darah Mpu Sindok. Ia (Airlangga) memang ada keturunan Mpu Sindok dari darah ibu, dari bapaknya Raja (Pulau) Bali,” paparnya.

Dengan dipimpin Raja Airlangga, Kerajaan Medang kembali stabil.

Namun pada tahun 974 Saka atau 1052 masehi, Kerajaan Medang dipisah menjadi dua wilayah oleh Raja Airlangga.

Airlangga sengaja memisahkan kedua wilayah kerajaan, dengan tujuan agar tidak terjadi perang saudara atas keturunan-keturunannya.

Oleh Airlangga, wilayah Kerajaan Medang dibagi menjadi Kerajaan Panjalu yang dipimpin oleh Sri Maharaja Jitentrakara Wuryawirya Parakrama Bhakta dan Kerajaan Jenggala dipimpin oleh Sri Maharaja Garasakan.

“Akhirnya saat itu terjadi pemisahan dua pusat pemerintahan besar, yaitu Panjalu dan Jenggala,” tutur Novi.

Pusat pemerintahan Kerajaan Jenggala, kata Novi, berada di Kahuripan. Sementara Kerajaan Panjalu atau dikenal dengan Kerajaan Kadiri beribu kota di Dhaha.

“Jenggala dikasih ibu kota di Kahuripan, itu merupakan ibu kota Medang kerajaan yang lama. Kemudian yang Panjalu ibu kotanya Dhaha. Lalu (Raja) Airlangga meninggal, akhirnya dikuasai oleh kedua anaknya,” pungkas Novi.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *