Metaranews.co, Kabupaten Kediri – Peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) 2023 di Kabupaten Kediri masih menyisakan PR besar, yakni berkaitan dengan minimnya sekolah inklusi bagi kalangan disabilitas di Bumi Panjalu.
Ketua Perkumpulan Disabilitas Kabupaten Kediri (PDKK), Umi Salamah mengungkapkan, terdapat ratusan anak penyandang disabilitas tak melanjutkan sekolah karena kesulitan mobilitas dan aksesibilitas.
“Karena kesulitan mobilitas dan aksesibilitas yang tidak inklusi pembangunan. Puluhan (penyandang disabilitas), bahkan ratusan, banyak yang enggak sekolah,” kata Umi saat ditemui Metaranews.co, Selasa (2/5/2023).
Ia berharap ada solusi dari Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kediri atas permasalahan tersebut. Seperti dengan menyediakan sekolah home visit yang diperuntukkan khusus bagi anak-anak penyandang disabilitas.
“Orang tua inginnya seperti itu, ada wadah atau sekolahan yang bisa menampung. Enggak harus setiap hari mengantar jemput,” tambahnya.
Untuk mewujudkan sekolah inklusi itu, lanjut Umi, diperlukan pengawalan atas pembentukan Rancangan Peraturan Daerah (Raperda) terkait pemenuhan hak penyandang disabilitas.
“Sekarang sudah dibahas, insyaallah tahun ini akan digedok,” sebutnya.
Sementara itu, Kabid Sekolah Menengah Pertama (SMP) Dinas Pendidikan Kabupaten Kediri, Nur Miftahul Fuad menuturkan, khusus untuk penyendang disabilitas pihaknya sudah mempersiapkan program bernama Kadiri Sat Set.
Kadiri Sat Set itu merupakan kepanjangan dari Kabupaten Kediri siap mengimplementasikan sekolah inklusi terpadu.
“Jadi ini kita tetapkan beberapa cukup banyak sekolah untuk mengimplementasikan melayani anak-anak berkebutuhan khusus,” jelas Fuad.
Fuad melanjutkan, penetapan sekolah-sekolah tersebut tersebar di sejumlah kecamatan di Kabupaten Kediri, mencangkup 110 lembaga pendidikan jenjang SD dan 26 jenjang SMP.
“Itu ditetapkan sejak tahun ajaran baru ini, jadi sejak bulan Juli tahun 2022 kemarin,” paparnya.
Dengan adanya program Kadiri Sat Set ini, kata Fuad, pihaknya juga telah melatih guru pendamping untuk anak berkebutuhan khusus. Pihaknya juga mendorong pembangunan sarana dan prasarana melalui dana BOS.
“Jadi secara sarana kita wadahi, dan SDM kita penuhi, tinggal kita nanti akan arahkan ke iklim inklusifitas agar anak-anak tidak melakukan tindak bullying, bisa berdampingan seperti anak-anak normal. Seperti itu yang kita bangun,” ujarnya.
Terkait kabar terdapat ratusan anak penyandang disabilitas tak sekolah, Fuad mengaku belum mengetahui detail informasi tersebut.