Sup untuk Balita Stunting di Jombang yang di Dalamnya Ada Belatung Ternyata Disediakan Pihak Ketiga

Stunting Jombang
Caption: Sayur sup yang di dalamnya ditemukan belatung. Sup ini merupakan salah satu menu makanan tambahan lokal untuk balita stunting yang dibagikan di Jombang belum lama ini. Doc: Istimewa

Metaranews.co, Kabupaten Jombang – Menu makanan tambahan lokal untuk balita stunting yang di dalamnya ditemukan belatung ternyata disediakan oleh pihak ke tiga melalui e-katalog.

Makanan itu sebelumnya dibagikan kepada balita stunting dan ibu hamil pada program pos perbaikan gizi (PPG) di Kecamatan Sumobito, Kabupaten Jombang, Jawa Timur.

Bacaan Lainnya

Informasi yang dihimpun, pemberian makanan tambahan (PMT) lokal untuk balita stunting dan ibu hamil tersebut disediakan oleh salah satu hotel ternama di Jombang.

Menu PPG untuk balita stunting dan waspada stunting (wasting) dipatok dengan harga Rp 16.500 per porsi. Harga itu mencakup nasi, ayam goreng, sayur, pisang dan dua butir telur puyuh.

Sedangkan bumil dianggarkan Rp 21.500 per porsi, dengan komposisi menu nasi, ayam goreng, sayur, dan buah pisang.

Namun baru di hari pertama pembagian pemberian makanan tambahan (PMT) lokal pada pos perbaikan gizi balita stunting dan wasting serta ibu hamil sudah mucul permasalahan.

Di mana ditemukan adanya belatung atau ulat di dalam sup yang dibagian.

Pihak Dinas Kesehatan Kabupaten Jombang pun lantas mengambil tindakan dengan menghentikan pembagian PMT, yang rencanannya akan dilakukan selama tiga puluh hari ke depan.

“Iya, kita hentikan karena banyak komplain di masyarakat setelah kejadian itu (temuan ulat di dalam sayur),” jelas Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Jombang, Budi Nugroho, Selasa (14/11/2023).

Harusnya PPG akan dilakukan selama 30 hari ke depan, mulai Senin 13 November 2023. Karena adanya permasalahan makanan PMT lokal tak layak konsumsi, maka PPG yang digawangi Dinkes Kabupaten Jombang melalui Puskesmas di masing-masing kecamatan dihentikan.

“Tetapi karena sudah ada permasalahan, otomatis bahwa quality control dari penyedia kan tidak baik, maka akhirnya kami hentikan,” ujar Budi.

Dijelaskan Budi, untuk penanganan stunting biasanya pihak Dinkes Kabupaten Jombang menggunakan produk pabrikasi. Hal ini untuk menghindari berbagai kemungkinan terburuk.

Namun kini ada regulasi dari pemerintah pusat yang mengharuskan untuk membelanjakan PMT lokal.

“Biasanya penanganan stunting biasanya kita gunakan pabrikasi seperti susu formula, dan itu untuk menghindari hal-hal seperti ini. Tapi oleh kebijakan di pusat untuk penanganan stunting yang dananya dari insentif fiskal, diharapkan PMT lokal, sehingga kita tidak membelanjakan pabrikasi susu,” tandasnya.

Diberitakan sebelumnya, pada makanan tambahan yang diberikan pada balita stunting, wasting dan ibu hamil (bumil) di Kecamatan Sumobito serta Kecamatan Bareng, ditemukan belatung di dalam sup yang dibagikan pada Senin (13/11/2023).

Lalu susu yang dibagikan kepada para ibu hamil di Kecamatan Bareng terdapat ulat di dalamnya.

Pos terkait