Metaranews.co, Kota Kediri – Tradisi pladu membawa berkah bagi para pemilik warung dadakan di sepanjang bantaran Sungai Brantas, Kelurahan Mojoroto, Kecamatan Mojoroto, Kota Kediri.
Warung dadakan yang menyediakan berbagai kebutuhan minuman dan makanan bagi pemburu ikan mabuk itu ramai-ramai diserbu pembeli. Warung dadakan tersebut menjamur hingga belasan tempat.
Salah seorang warga yang mendirikan warung dadakan, Suherwin, mengaku senang dengan adanya tradisi pladu.
Pladu sendiri merupakan tradisi tahunan untuk menangkap ikan mabuk di Sungai Brantas, karena dampak flushing Bendungan Wlingi dan Lodoyo di Blitar.
Flushing sendiri merupakan upaya pemeliharaan bendungan, dengan cara mengosongkan tampungan serta menggelontorkan sedimen untuk mengembalikan volume aktif bendungan.
“Ya sangat senang, setahun sekali momentum seperti ini,” ucap Suherwin, salah satu warga yang membuat warung dadakan memanfaatkan momen pladu ini, Selasa (21/5/2024).
Suherwin bercerita, dirinya sudah menjajakan dagangannya sejak Senin (20/5/2024) kemarin. Ia berencana membuka warung dadakannya selama tiga hari.
“Ramai terus di sini, biasanya tiga hari. Tergantung kalau ikannya belum datang ya jualan terus,” tuturnya.
Senada dengan Suherwin, pedagang dadakan lainnya, yakni Wiwin, mengaku senang dengan datangnya tradisi pladu.
Dengan berjualan, warga Kelurahan Mojoroto, Kota Kediri, ini bisa menambah penghasilan untuk mencukupi kebutuhan keluarga.
Adapun Wiwin mengaku bisa mendapat omzet ratusan ribu dalam sehari.
“Paling banyak laku gorengan, harganya seribu, laku 100 biji. Belum lainnya kopi, teh, makanan, dan yang lainnya,” ungkapnya.
Wiwin tidak memungkiri setiap tahun para pedagang semakin bertambah dan menjamur hingga ke pinggiran Sungai Brantas.
Ia dan pedagang lainnya berjualan sampai 24 jam, meladeni pemburu ikan yang datang dari berbagai kota.
“Yang mencari ikan bukan hanya orang Kediri saja, alamatnya jauh-jauh seperti Jombang dan Tulungagung ke sini semua. Nginep juga semaunya, kalau pagi mencari sarapan,” pungkasnya.