Metaranews.co, Jawa Timur – Kabupaten Tuban masuk dalam lima daerah penghasil beras terbesar di Jawa Timur, Presiden Joko Widodo ingatkan ini.
Untuk diketahui, Presiden Joko Widodo berkunjung ke Kabupaten Tuban, ditemani Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa, keduanya menanam padi bersama, pada Kamis (6/4/2023).
Dalam kunjungannya ke Jawa Timur kali ini, Presiden Jokowi berkesempatan untuk mengunjungi Kabupaten Tuban, setelah sebelumnya berkunjung ke Ngawi.
Dalam kunjungannya ini, Jokowi bersama Khofifah m nanam padi serentak di Desa Senori, Kecamatan Merakurak, Kabupaten Tuban.
Sebagai informasi, berdasarkan data BPS, produksi gabah dan beras Jatim pada 2022 akan menjadi yang tertinggi di Indonesia. Disertai dengan NTP dengan indeks di atas 100 yang menandakan adanya peningkatan kesejahteraan petani atau produsen pangan.
Sebagai provinsi sentra penghasil beras terbesar dengan potensi luas panen hingga April 2023 mencapai 828,72 ribu ha, Jawa Timur memiliki peran vital dalam menjaga ketersediaan pangan nasional.
“Produktivitas beras Jatim sangat diandalkan tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan warga Jatim, tetapi juga mengandalkan beras Jatim untuk memenuhi atau mensuplai kebutuhan 16 provinsi lain di Indonesia Timur,” ucap Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa, melansir Suarajatim.id.
Untuk diketahui, Kabupaten Tuban sendiri merupakan salah satu dari lima penghasil beras terbesar di Jawa Timur. Dimana pada tahun 2022 memiliki luas panen 85.288 hektar dan produksi beras sebesar 498.939 ton GKG atau setara beras 288.097 ton beras.
Produktivitas padi rata-rata di Tuban adalah 5,85 ton/ha, di atas rata-rata produktivitas padi di Jawa Timur yaitu 5,63 ton/ha. Saat ini rata-rata harga gabah kering di Kabupaten Tuban adalah Rp 5.200, Gabah kering giling Rp 6.400, dan harga beras medium Rp 10.500.
Sementara itu, Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan, masa tanam padi akan dimulai seperti di daerah lain setelah masa panen. Dimana setelah panen tidak diberi jeda karena air masih banyak, sehingga harus segera ditanam.
“Dan yang saya suka di sini adalah penggunaan pupuk organik oleh Serikat Tani Indonesia. Sudah 3 tahun, kurang lebih 1.000 hektar semuanya organik. Dan biaya pupuk yang biasanya per hektar bisa sampai Rp 5-6 juta per hektar, kami di sini hanya antara Rp 100.000 – 500.000 per hektar,” katanya.
Menurutnya, jika hal ini bisa dikembangkan di daerah lain, seperti yang dilakukan Serikat Tani Indonesia, akan mengurangi biaya yang harus dikeluarkan petani. Serta tidak tergantung pada pupuk kimia, industri pupuk kimia atau mengimpor bahan baku dari pupuk kimia.
“Jadi jangan ada komplain kalau pupuk itu susah. Ya semua negara susah berurusan dengan pupuk, tapi ada opsi dan ini sudah dimulai oleh Serikat Tani Indonesia. Memang sempat turun sedikit tapi setelah itu meningkat,” ungkapnya.
Jokowi juga berharap, ekosistem lingkungan juga masuk dalam perhatian khusus.
“Yang kedua bisa memperbaiki ekosistem lingkungan di sini. Di mana banyak cacing, belut atau kodok mulai kembali. Jadi ekologi diperbaiki lagi,” pungkasnya.