Metaranews.co, Hiburan – Video pendeta Hindu India, Yati Narsinghanand yang mengajak pengikutnya menyerang Mekkah dan merebut Ka’bah beberapa hari terakhir viral dan kontroversial.
Pasalnya, pendeta Hindu India yang bisa disebut pemuka agama disana itu, terang-terangan mengajak para pengikutnya untuk menyerang Mekkah dan merebut Ka’bah.
Video itu viral di beberapa platform media sosial di Indonesia, khususnya Twitter. Video ceramah Yati dengan bahasa India pun juga beberapa ada yang telah diartikan ke bahasa Indonesia.
Salah satu video diunggah oleh pengguna akun @shaikhshameela. Cuitannya itu, mengartikan isi narasi yang disampaikan Yati kepada para pengikutnya.
“Dia meminta pengikut Hindu untuk menyerang pusat agama besar Islam, Ka’bah, dan mengubahnya menjadi kuil Hindu Makkeshwar Maharaj, mengklaim air zamzam adalah Gangga Mekkah,” tulisnya.
“Bangsa Hindu adalah mimpi besar. Ini mimpi Veer Savarkar, mimpi Shivaji. Kita semua harus punya mimpi ini. Tidak hanya Afghanistan, tapi kita juga harus menginvasi kuil di Mekkah,” kata Narsinghanand dalam video tersebut.
“Jika kita tidak merebut Mekah, jika kamu tidak merebut Mekah, maka tidak akan ada kekuatan di bumi yang dapat melemahkan Islam. Kamu harus menaklukkan Mekkah. Kamu harus menyerang Mekkah yaitu dari mana kanker menyebar.” lanjutnya.
Apa yang disampaikan Yati kepada para pengikutnya untuk menyerang Mekkah dan Merebut Ka’bah ini, seolah mengingatkan kita ke zaman dahulu kala. Dimana, pada saat itu, ada salah seorang panglima tertinggi pasukan Gajah bernama Abrahah.
Kala itu, Abrahah bahkan memimpin pasukan gajah menyerang Mekkah untuk menghancurkan Ka’bah. Merangkum dari laman NU, saat itu salah satu warga Mekkah melalui pimpinannya, Abdul Muthalib mendapat kabar jika kita mereka yang mereka tinggali akan diserang oleh Abrahah dan pasukan gajahnya.
Abrahah yang datang bersama pasukan Gajah datang ke Mekkah dengan tujuan untuk menghancurkan Ka’bah yang memang selalu dimuliakan oleh masyarakat Mekkah.
Para pasukan tersebut berasal dari negara Yaman yang berada di bawah kekuasaan Abyssinia yang sekarang merupakan negara Ethiopia.
Saat itu, Abrahah dan para pemimpin Abyssinia cemburu dan menyimpan dengki kepada penduduk Mekkah. Hal itu dikarenakan, Ka’bah selalu dikunjungi oleh para musafir dari seluruh penjuru Arab.
Perasaan iri dan dengki inilah yang melatarbelakangi niat penyerangan yang dilakukan Abrahah dan pasukan gajahnya itu. Abrahah dan para pemimpin Abyssinia saat itu juga menginginkan tempat ziarah berada di Yaman, bukan Mekah.
Hingga pada akhirnya, mereka membangun sebuah gereja megah di Sana’a yang disebut al-Qalid, berharap menjadi situs ziarah terbesar di seluruh Arab dan menyaingi Mekkah.
Sayang seribu sayang, usaha yang dilakukan itu ternyata tidak membuahkan hasil. Ka’bah masih jadi magnet menarik wisatawan untuk mengunjunginya. Nak jatuh tertimpa tangga, pendirian gereja yang tak berhasil menarik minat wisatawan itu juga menuai kemarahan suku-suku yang tersebar di Hijaz dan Najd.
Martin Lings dalam Muhammad: The Life Story of the Prophet Based on Classical Sources (2015) menulis bahwa seseorang dari suku Kinanah yang memiliki hubungan keluarga dengan suku Quraisy, merobohkan gereja tersebut.
Akibatnya Abrahah murka dan bersumpah akan meratakan Ka’bah. Selain itu, Muhammad Husain Haekal dalam Muhammad’s Life History (1980) menyebutkan bahwa bangsa Arab hanya berniat menunaikan ibadah haji ke Mekkah. Mereka menganggap haji tidak sah jika tidak di Ka’bah.
Api kebencian semakin mengobarkan Abrahah. Kemudian ia memutuskan untuk menyerang Mekah, dan maju ke depan dengan seekor gajah besar. Dipimpin oleh Abrahah, pasukan besar dari Yaman, yang sebagian besar memimpin pawai, menyerbu kota Mekah dan menghancurkan Ka’bah.
Karena mengetahui Ka’bah akan dihancurkan, Abdul Muthalib dan rakyatnya tidak bisa berbuat banyak karena pasukan Abrahah sangat kuat.
Abrahah mulai bersiap memasuki Mekkah dan menyiapkan tempat sucinya bernama Mahmud. Tentara juga sudah disiapkan. Saat semuanya siap, pasukan Abrahah mengarahkan gajah mereka ke arah Mekkah.
Saat para pasukan dan Abrahah tiba di dekat Mekkah, tepatnya di al-Magmas, ia kemudian memerintahkan tentaranya untuk merebut ternak milik masyarakat Mekkah dan sekitarnya. Ada sekitar 200 ekor unta yang direbut, dimana semua adalah milik Abdul Muthalib.
Sebelum berangkat, Abdul Muthalib menyempatkan diri untuk berpamitan dengan Ka’bah. Di sana ia berdoa dan menyerahkan sepenuhnya pemeliharaan Ka’bah kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Doanya itu dirangkai dalam sebuah syair yang sangat memilukan, “Ya Tuhanku, aku tidak mengharapkan apapun selain Engkau. Ya Tuhanku, selamatkan rumah-Mu dari serangan mereka. Sungguh, mereka yang akan menghancurkan bait-Mu, adalah musuh-musuh-Mu.”
Doanya yang tulus dan sungguh-sungguh dikabulkan oleh Allah SWT. Sebelum pasukan Abrahah menyentuh Ka’bah, mereka disapa oleh sekumpulan burung Ababil yang melemparkan batu hingga musnah seperti daun dimakan ulat.
Peristiwa ini juga diabadikan dalam Al-Quran surah Al-Fil ayat satu sampai lima. Allah SWT mengirimkan sekelompok burung dari laut. Setiap burung membawa satu batu di paruhnya dan dua batu di kakinya.
Tidak ada yang tidak hancur tertimpa batu yang lebih besar dari kacang, mereka lari tunggang-langgang. Abdul Muthalib yang menyaksikan bagaimana Allah SWT melindungi Ka’bah dari serangan pasukan Abrahah, punya alasan kuat.
Karena di tengah penyerangan tersebut, lahirlah seorang putra dari Abdullah bin Abdul Muthalib dan Aminah binti Wahab. Abdul Muthalib ingin cucunya menjadi orang yang terpuji, baik bagi Tuhan di langit maupun bagi makhluk-Nya di bumi. Dia memberi nama cucunya dengan nama Muhammad.