Perilaku Selfitis, Kondisi Seseorang Kecanduan Foto Selfie

Perilaku Selfitis
Ilustrasi sekelompok orang sedang Selfie. (Unplash)

Metaranews.co, Hiburan – Perilaku Selfitis, kondisi seseorang kecanduan foto selfie. Gemar mencari view yang bagus kemudian bergaya dan mengabadikan keindahan diri dalam satu jepretan kamera handphone.

Selfie kini bukan hanya menjadi kegiatan, namun sudah menjadi semacam kebiasaan yang tidak boleh dilewatkan ketika sedang nongkrong.

Bacaan Lainnya

Memang, dengan foto selfie membuat perasaan seseorang akan terlihat bahagia, karena mengangumi diri juga penting. Namun, yang perlu diketahui, ternyata terlalu sering juga tidak baik loh.

Perilaku Selfitis
Ilustrasi sekelompok orang sedang Selfie. (Unplash)

Nyatanya kebiasaan selfie secara berlebihan bisa berdampak negatif, terutama bagi kesehatan mental.

Secara harfiah, selfie adalah potret diri yang diambil sendiri menggunakan ponsel atau kamera digital, biasanya untuk diunggah ke media sosial.

Pada dasarnya kegiatan ini dapat membawa manfaat positif, khususnya bagi kaum muda. Mengambil foto selfie membantu mereka untuk :

  • Cari tahu dan kenali lebih banyak tentang diri Anda.
  • Abadikan dan bagikan peristiwa menarik yang dialami.
  • Terhubung dengan orang-orang terdekat Anda, seperti teman, keluarga, atau pasangan, dan bersenang-senang dan ekspresikan diri Anda dengan bebas.

Di balik setiap keuntungan, tentu ada risiko yang harus Anda tanggung. Mengambil foto selfie secara berlebihan dapat berdampak buruk pada diri Anda sendiri.

Psikolog juga mulai mencoba mencari tahu dampak dari fenomena kecanduan selfie atau yang dikenal dengan selfitis.

Istilah selfitis atau kecenderungan untuk berswafoto secara berlebihan telah dibahas dalam sebuah penelitian yang diterbitkan oleh International Journal of Mental Health and Addiction (2017).

Studi yang dilakukan oleh Dr. Mark Griffiths dan rekan peneliti dari Nottingham Trent University menilai perilaku selfie berdasarkan data yang bersumber dari wawancara dengan 225 mahasiswa di India.

Hasilnya, para peneliti membentuk Selfitis Behavior Scale (SBS), yaitu skala yang digunakan untuk mengetahui tingkat keparahan selfitis seseorang.

Skala SBS membagi perilaku ini menjadi tiga kategori sebagai berikut :

  • Selfie Borderline: mengambil setidaknya tiga selfie sehari tanpa mempostingnya di media sosial.
  • Selfitis akut: mengambil setidaknya tiga selfie sehari, lalu mempostingnya di media sosial.
  • Selfitis kronis: tidak bisa menahan diri untuk mengambil selfie sepanjang waktu dan mengunggah setidaknya enam foto sehari.

Melansir Hellosehat.com, pada dasarnya, selfitis bukanlah gangguan jiwa. Istilah ini tidak dijelaskan dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-5) yang merupakan panduan untuk mendiagnosis gangguan jiwa.

Namun, jika tidak segera ditangani, berikut sejumlah dampak buruk yang mungkin terjadi akibat kecanduan selfie.

1. Meningkatkan risiko gangguan jiwa

Foto selfie dan media sosial terkadang membuat seseorang mulai membandingkan dirinya dengan orang lain. Hal ini tentu saja dapat memperparah stres dan depresi yang telah dialami.

Dikutip dari Child Mind Institute, remaja yang perfeksionis dan fokus mengubah penampilan setelah melihat citra baik di media sosial lebih berisiko mengalami gangguan makan.

2. Menumbuhkan citra tubuh yang negatif

Seseorang dengan selfitis lebih cenderung memiliki citra tubuh yang negatif. Dia bisa merasa cemas dengan penampilan tubuhnya dan mulai berpikir jika dia memiliki kelainan tertentu, padahal tidak.

Kondisi psikologis yang disebut body dysmorphic disorder ini bisa muncul setelah seseorang menerima komentar buruk tentang bentuk tubuh dalam unggahan selfienya.

3. Merusak hubungan dengan orang lain

Kebanyakan orang setuju bahwa memposting selfie di media sosial cenderung menghasilkan lebih banyak suka dan komentar. Namun, hal ini bisa menjadi bumerang jika dilakukan secara berlebihan.

Kecanduan selfie dapat merusak hubungan dengan orang-orang terdekat. Mereka mungkin sering mengabaikan Anda atau mulai berkomentar saat merasa kesal.

4. Mengundang kejahatan dunia maya

Tak jarang, Anda tidak memperhatikan privasi Anda sendiri saat bermain media sosial. Mungkin Anda sengaja atau tidak sengaja mengambil foto tiket perjalanan atau KTP.

Hal ini tentunya meningkatkan risiko Anda menjadi korban kejahatan dunia maya. Foto ini bisa disalahgunakan, salah satunya untuk melakukan tindakan penipuan.

Selfitis umumnya terjadi bersamaan dengan kecanduan media sosial. Oleh karena itu, salah satu cara untuk mengatasi gangguan tersebut adalah dengan membatasi akses media sosial.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *