Tiga Jenis Persahabatan Menurut Filsuf Aristoteles

persahabatan
Ilustrasi persahabatan. (Pexels)

Metaranews.co, Hiburan – Dalam lingkungan, persahabatan lekat hubungannya dengan kondisi sosial manusia. Tanpa adanya sahabat, Temat tongkrongan tidak akan menjadi ramai.

Lumrah, jika dalam sebuah lingkungan, ada beberapa circle yang terbentuk. Circle ini muncul karena ada beberapa orang yang mempunyai pola pikir dan selera obrolan yang sama.

Bacaan Lainnya

Konsep inilah yang kemudian bisa disebut sebagai tali persahabatan. Jauh sebelum adanya teknologi, konsep ini sebenarnya sudah pernah ditulis oleh filsuf terkenal, yakni Aristoteles.

Mengutip dari buku, Aristoteles, W.D. Ross, dan Lesley Brown.  2009. Etika Nicomachean. Oxford: Oxford University Press. Dalam satu bab menekankan, jika Aristoteles pernah menekankan bahwa manusia tidak dapat hidup sendiri.  Manusia harus menerima dirinya sendiri dan keberadaan manusia lainnya.

Sifat manusia tidak bisa hidup sendiri, selalu membutuhkan orang lain disadari maupun tidak. Hakikatnya, manusia juga akan terus mencari tah tentang segala hal yang berhubungan dengan dirinya.

Kemudian yang terjadi setelahnya adalah manusia akan berusaha mengoptimalkan diri, membangun karakter diri dan mencari serta menjalin hubungan yang disebut “persahabatan” dengan siapa saja.

Ada satu pepatah mengatakan “satu musuh terlalu banyak dan seribu teman terlalu sedikit”. Sahabat adalah sosok yang ada di sekitar kita yang akan selalu siap membantu sahabatnya tumbuh dan berkembang dalam menjalani kehidupannya sehari-hari.

Mengetahui dengan baik dari seorang teman, memungkinkan kita untuk belajar tentang bagaimana bersikap dalam membangun sebuah hubungan.

Baik itu hubungan antar kekasih antar pasangan, hubungan antara orang tua dan anak, hubungan antar saudara, dan bagaimana menjalin hubungan dan berkomunikasi dengan tetangga kita secara lebih luas. Dalam konteks yang dimaksud di sini adalah persahabatan.

Melansir Quarta filsuf pertama yang memperhatikan persahabatan adalah Plato. Tetapi Aristoteles yang menulis tentang etika persahabatan secara lengkap.

Aristoteles adalah murid Plato yang menulis tentang persahabatan dalam bukunya yang berjudul The Nicomakea Ethics. Bukan tanpa alasan Aristoteles menaruh perhatian besar pada persahabatan.

Aristoteles menilai bahwa salah satu kebahagiaan yang bisa dicapai manusia adalah melalui persahabatan. Aristoteles menganggap teman sebagai kebutuhan yang paling penting dan vital bahkan jika dibandingkan dengan harta.

Memiliki harta dan kekayaan yang melimpah tidak akan berarti apa-apa jika hidup sendiri tanpa ditemani oleh seorang teman. Itulah inti dari apa yang ingin disampaikan oleh Aristoteles.

Tanpa didampingi sahabat, manusia nantinya akan mengalami kesulitan dalam mencapai kebahagiaan hidup. Karena dengan adanya sahabat atau sahabat, beban hidup akan terasa lebih ringan dan mudah diselesaikan.

Tiga Jenis Persahabatan Menurut Aristoteles

Aristoteles membagi tiga jenis persahabatan, yang pertama adalah karena kegunaan, yang kedua adalah teman karena kesenangan, dan yang ketiga adalah teman sejati dalam kebajikan atau biasa kita sebut teman (berbudi luhur).

Persahabatan jenis pertama karena utilitas adalah gambaran persahabatan berdasarkan apa yang telah dilakukan dua orang untuk satu sama lain.

Ini juga dikenal sebagai persahabatan yang “perlu”. Sebagai contoh, seperti seseorang yang ingin memberinya minuman agar diberikan tiket konser sebagai hadiah oleh orang tersebut, orang tersebut membujuknya dengan kata-kata yang baik.

Jenis seperti ini adalah menawarkan keramahan namun diselingi dengan tuntutan. Jenis ini bisa berakhir dengan cepat dan akan berakhir jika kebutuhan akan orang lain terpenuhi atau hilang.

Kedua, yaitu berteman karena kesenangan, merupakan jenis yang didasarkan pada kenikmatan aktivitas yang dilakukan bersama dan berusaha mengejar kesenangan dan emosi sesaat.

Biasanya orang yang diajak minum bersama tapi tidak pernah bisa makan malam bersama. Aristoteles menyatakan jenis ini sebagai persahabatan anak muda.

Jenis pertemanan bertingkat yang sering atau dengan mudah berakhir, karena orang bisa mengubah apa yang mereka sukai, dan tidak menghubungi temannya lalu menghilang dari peredaran secara tiba-tiba.

Persahabatan jenis kedua ini tidak dihargai oleh orang lain “di dalam diri mereka sendiri”, tetapi hanya sebagai alat untuk mencapai tujuan. Mereka menginginkan kesenangan dan beberapa manfaat yang mengikutinya.

Ketiga adalah persahabatan yang “sejati”, yaitu dalam kebaikan. Orang dalam tipe ini akan disukai oleh orang lain dan juga oleh teman.

Sahabat sejati adalah seseorang yang dapat mendorong kita untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Mereka akan memberikan motivasi dan kepedulian terhadap teman dan diri mereka sendiri.

Hubungan pertemanan yang satu ini akan jauh lebih stabil dari dua jenis pertemanan sebelumnya. Sahabat sejati seperti ini sulit didapat karena orang yang dikatakan memiliki karakter yang sangat baik dan bijaksana sulit ditemukan.

Aristoteles mendorong kita untuk mengeksplorasi dan menemukan sahabat sejati. Aristoteles tidak selalu memandang buruk orang lain karena Aristoteles pernah memiliki dua jenis sebelumnya.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *