Metaranews.co, Kesehatan – Viral bayi kena kanker ovarium sedang ramai di media sosial Tiktok. Adapun hal tersebut terjadi di Sabah, Malaysia.
Kisah bayi kena kanker ovarium di Sabah ini menyita perhatian publik, karena penyakit tersebut sangat langka terjadi pada bayi.
Kronologi Bayi Kena Kanker Ovarium
Mengutip dari laman The Straits Times, ibu dari bayi D, mengatakan bahwa ia mulai menyadari ada yang tidak wajar pada anaknya sejak bulan Agustus lalu.
Pasalnya, anaknya kerap menangis karena merasa kesakitan di area perut. Sang anak awalnya mengalami gejala sembelit dan perut kembung.
Gejala kemudian diikuti dengan perilaku D yang kurang aktif dan hanya ingin digendong. Pihak keluarga pun mengira jika D mengalami gangguan pencernaan.
Namun setelah melakukan pemeriksaan, dokter mendeteksi ada tumor berukuran 13,5 cm di tubuh bayi tersebut.
Setelah menjalani operasi pada 2 Oktober 2024, dokter kemudian mendiagnosis D menderita kanker ovarium stadium tiga.
Kanker ovarium pada bayi ini bahkan sudah menyebar dari indung telur ke area luar panggul seperti perut, kelenjar getah bening, atau permukaan hati.
Penyebab Kanker Ovarium pada Anak-Anak
Kanker ovarium pada balita dan anak-anak termasuk kasus yang langka. Berdasarkan studi yang diterbitkan di jurnal Medicine (2019), tumor ovarium anak-anak hanya ditemukan dalam 0.43 dari 100.000 kasus.
Lantas, apa penyebab kanker ovarium pada anak-anak? Menurut okter spesialis penyakit dalam dan onkologi, Ronald Hukum, kanker ovarium, seperti yang terjadi pada bayi D, kemungkinan karena riwayat genetik hingga paparan bahan kimia pada anak.
Mengutip Radio Republik Indonesia (RRI), edisi 12 Oktober 2024, Ronald mengatakan kemungkinan kanker muncul lebih cepat jika sang ibu mengonsumsi obat-obatan tertentu selama kehamilan.
Ia menekankan bahwa hingga saat ini, penyebab perkembangan kanker yang lebih cepat atau lambat pada setiap orang belum diketahui secara pasti. Oleh karena itu, ia menganjurkan orang dengan riwayat genetik kanker untuk rutin menjalani pemeriksaan.
Selaras dengan hal tersebut, Boston Children’s Hospital menyebut bahwa penyebab kanker ovarium masih belum sepenuhnya dipahami oleh dokter.
Tidak ada tindakan spesifik yang bisa dilakukan atau dihindari untuk mencegah perkembangan tumor. Penting untuk diketahui bahwa sebagian besar tumor, termasuk tumor ovarium, seringkali muncul tanpa penyebab yang jelas.
Di sisi lain, Ronald juga mengomentari kasus kanker ovarium bayi D, yang menurutnya kemungkinan besar sudah ada dari sejak masa kehamilan ibu. Namun, ia menekankan bahwa kasus demikian sangat jarang terjadi.
Lebih lanjut, mengingat bahwa tumor telah mencapai ukuran 13 cm, seharusnya tumor tersebut sudah dapat terdeteksi sejak di dalam kandungan. Hal ini seharusnya bisa diidentifikasi melalui pemeriksaan USG rutin.
Ia juga menjelaskan bahwa tren kasus kanker ovarium di Indonesia tergolong sangat jarang. Jenis kanker yang paling sering dilaporkan pada anak-anak adalah kanker darah atau leukemia.