Dampak Penutupan Jembatan Bandar Ngalim Kediri, Warga Pilih Penyeberangan dengan Perahu

metaranews.co
Penyebrangan perahu yang menghubungkan Kelurahan Manisrenggo, Kota Kediri dengan Desa Bulu, Kecamatan Semen, Kabupaten Kediri. (Anis Firmansah/Metaranews)

Metaranews.co, Kediri- Akibat penutupan jembatan Bandar Ngalim Kota Kediri, warga berbondong-bondong melakukan penyeberangan perahu tradisional sepanjang bantaran kali Brantas Desa Bulu, Kecamatan Semen, Kabupaten Kediri. Ada dua titik perahu penyeberangan ini dipadati penumpang.

Penyeberangan perahu tradisional atau sering disebut warga perahu tambangan ini sempat mengalami antrean kemacetan. Setiap jam waktu tertentu, kepadatan aktivitas warga jam 06.00 – 07.00 pagi.

Bacaan Lainnya

Pihak kepolisian pun turut melakukan pengamanan, dampak kenaikan volume sepanjang arah menuju perahu penyeberangan. “Adanya penutupan jembatan Bandar Ngalim, yang diperkirakan selesai selama satu tahun, sehingga perlu diantisipasi keamanannya,” kata Kapolsek Semen AKP Siswandi, Rabu (28/9/2022).

Dia menjelaskan dari kawasan penyeberangan via perahu tradisional ini terbentang antara dua wilayah Kabupaten dan kota. Keduanya terhubung masing-masing antara Sungai Brantas.

Sejumlah kerawanan yang muncul akibat peningkatan volume penyeberangan, Siswandi mengkhawatirkan tingkatan debit air sungai apabila tiba musim penghujan. Ditambah lagi Sejumlah penerangan yang minim, bakal dilakukan musyawarah pemasangan lampu difungsikan malam hari.

Siswandi juga menyebut melalui koordinasi bersama Dishub, unsur keselamatan warga penyeberangan juga sudah disampaikannya kepada pemilik perahu. Seperti pembatasan isi kapasitas penumpang tidak boleh lebih dari 20 kendaraan. Rompi pelampung juga disebutkan sudah dibagikan.

“Agar tidak ada sampai terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, terus dilakukan evaluasi supaya masyarakat aman,” ujarnya.

Siswandi menyebut sejumlah warga enggan memutar arah, atas penutupan jembatan Bandar Ngalim. Apalagi harus memutar arah ke jembatan Brawijaya, Kota Kediri, sehingga penyeberangan perahu ini menjadi solusi mengakibatkan peningkatan volume penyeberangan.

“Kenaikan volume 100 persen, karena warga memutar kejauhan dari alasan warga, harus ke jembatan Brawijaya,” pungkasnya.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *