Metaranews.co, Nasional – Hari Perempuan Internasional (International Women’s Day) yang diperingati setiap 8 Maret, bukan hanya untuk merayakan pencapaian perempuan, tetapi juga untuk melatih para calon pendukung kesetaraan gender di masa mendatang.
Hari Perempuan Internasional juga menyoroti isu-isu penting bagi perempuan, seperti akses ke perawatan kesehatan reproduksi dan pencegahan kekerasan terhadap perempuan.
Merayakan pencapaian perempuan “tidak berarti kita bisa melupakan betapa banyak yang masih perlu dilakukan” untuk mencapai kesetaraan gender, kata juru bicara badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk Perempuan, UN Women, Paloma Escudero.
“Perempuan masih jauh dari kesetaraan di hampir setiap bidang, dan kita dapat melihatnya dalam banyak perang dan krisis yang dihadapi dunia,” katanya. “Perempuan selalu menjadi pihak yang pertama dan paling terdampak.”
Tema tahun ini adalah “Accelerate Action” — seruan di seluruh dunia untuk berbagi “strategi, sumber daya, dan aktivitas yang berdampak positif pada kemajuan perempuan, dan untuk mendukung serta meningkatkan implementasinya,” menurut situs web Hari Perempuan Internasional.
Acara hari itu akan meliputi demonstrasi, pengumpulan dana, sesi lobi, pertunjukan, dan banyak lagi di seluruh dunia.
Sementara itu, berbagai upaya terus dilakukan untuk menutup kesenjangan gender — perbedaan antara laki-laki dan perempuan dalam berbagai bidang seperti politik, pendidikan, dan upah.
Sebuah laporan pada 2024 oleh Forum Ekonomi Dunia menemukan bahwa dunia telah menutup 68,5 persen kesenjangan gender. Dengan kecepatan tersebut, laporan tersebut mengatakan, dibutuhkan sekitar lima generasi untuk mencapai kesetaraan penuh.
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres baru-baru ini mengatakan, “Dari penolakan hingga pembatalan, hak asasi manusia perempuan tengah diserang.”
Perempuan terus menghadapi “horor menahun – kekerasan, diskriminasi, dan ketidaksetaraan ekonomi,” kata Guterres, dan mereka kini juga menghadapi “ancaman baru seperti algoritma yang bias” yang “memprogram ketidaksetaraan ke dalam ruang daring, membuka arena pelecehan dan kekerasan baru.”
“Alih-alih mengarusutamakan hak yang sama, kita justru melihat pengarusutamaan misogini,” kata Guterres.
Hari Perempuan Internasional muncul dari gerakan buruh dan kampanye yang mempromosikan hak-hak perempuan di Amerika Serika lebih dari satu abad yang lalu.
Pada 1909, Partai Sosialis Amerika menyelenggarakan Hari Perempuan Nasional pertama, dengan mengadakan pertemuan di seluruh negeri tentang isu-isu perempuan seperti upah yang lebih baik, hak untuk memilih, dan kesetaraan gender.
Terinspirasi oleh rekan-rekan mereka di Amerika, Kongres Sosialis Internasional menyelenggarakan Hari Perempuan Internasional pertama pada tahun 1911 dengan mengadakan pertemuan di Austria, Denmark, Jerman, dan Swiss, yang dihadiri oleh lebih dari 1 juta hadirin, baik laki-laki maupun perempuan.
Perserikatan Bangsa-Bangsa secara resmi mengakui 8 Maret sebagai Hari Perempuan Internasional pada 1977.
Sumber: VoA