Merajut Asa Usai Corona, Kios Buah Pagora Kediri di Antara Senja dan Aruna

Metaranews.co
Suasana kios buah Paggora di Kelurahan Banjaran, Kecamatan Kota, Kota Kediri. (rentaka setyo/metara)

Menghadapi malam demi malam, ia berjalan memutari rak-rak yang tersusun di terasnya. Mencari barisan rak mana yang belum ia jejaki. Kemeronaan buah tak lepas dari tangannya untuk mengelap satu persatu buah yang berbaris. Begitulah keseharian Harnoto salah satu pemilik kios buah pagora, agar buah dari dijualnya tetap kinclong.

Aktivitas seperti ini telah biasa ia lakukan setiap hari. Selama 37 tahun, Harnoto tak lelah untuk melakukan rutinitas di kios buah Pagora, Jalan Ahmad Yani, Kelurahan Banjaran, Kecamatan Kota. Rasa lelah ia rasakan biasa saja, meskipun setiap harinya ia harus pulang pergi KediriBlitar. Dikarenakan, Harnoto pada pagi sampai siang hari harus bertugas menjadi seorang guru SD di Kecamatan Srengat, Kabupaten Blitar.

Bacaan Lainnya
Merajut Asa Usai Corona, Kios Buah Pagora Kediri di Antara Senja dan Aruna
Suasana kios buah Paggora di Kelurahan Banjaran, Kecamatan Kota, Kota Kediri. (rentaka setyo/metara)

Dulu Penuh Pedagang Kios Buah Pagora 

Kelelahannya seakan terhapus begitu saja saat ia pulang dari sekolah, dan melihat jajaran buahnya yang segar sedang menanti para pembeli. Sambil tersenyum dan bersenda gurau, bahkan mereka sudah menganggap satu dengan yang lain seperti saudara sendiri. Mereka merasakan jatuh bangun bersama dalam berdagang buah di Taman Air Pagora.

“Setiap hari itu ada saja dulu yang beli, apalagi kalau pas Sabtu dan Minggu, itu semua kios pasti penuh,” tutur Harnoto menggebu kepada metaranews.

Merajut Asa Usai Corona, Kios Buah Pagora Kediri di Antara Senja dan Aruna
Suasana kios buah Paggora di Kelurahan Banjaran, Kecamatan Kota, Kota Kediri. (rentaka setyo/metara)

Nada suaranya naik seketika, dibarengi dengan senyum merekah dari bibir Harnoto. Ingatan itu membawa Harnoto ke masa silam. Khususnya sebelum terjadi pandemi Covid-19. Hal-hal kecil yang dingat Harnoto tiba-tiba diutarakan, pada Jumat (22/4) lalu. Mulai mengelap buah bersama dan saling bertukar informasi harga buah.

Harnoto dan kios buahnya di antara penantian sinar senja sore yang semakin meredup atau seperti aruna yang akan terbit darin ufuk timur. Perjalanan dari Kediri ke Blitar untuk mengajar dan pulang lagi ke Kediri untuk berjualan buah seakan tak menjadi beban sama sekali. Suasana itu kian menghilang, kala Covid-19 datang. Dari 27 pemilik kios, kini tinggal 4 yang bertahan berjualan di kompleks kios buah Pagora. Pensiunan guru SD ini tak hanya sepi karena ditinggal temannya. Ketika, wabah Corona itu juga mempengaruhi hilangnya satu persatu pelanggan.

Merajut Asa Usai Corona, Kios Buah Pagora Kediri di Antara Senja dan Aruna
Suasana kios buah Paggora di Kelurahan Banjaran, Kecamatan Kota, Kota Kediri. (rentaka setyo/metara)

Pandemi membuat sepi Kios Buah Pagora

“Kerasanya pas pandemi, sebelumnya ya mulai sepi tapi kolam Pagora kan masih ada pengunjung, jadi kadang ada yang mampir beli buah,” ungkapnya.

Berbagai pembatasan dan penyekatan membuat pedagang buah mengalami banyak kerugian. Mereka dulu memamerkan buahnya dengan ditumpuk menggunung. Kini, hanya rak-eak itu hanya berisi buah dengan datar, tak lagi menggunung.

Merajut Asa Usai Corona, Kios Buah Pagora Kediri di Antara Senja dan Aruna
Suasana kios buah Pagora di Kelurahan Banjaran, Kecamatan Kota, Kota Kediri. (rentaka setyo/metara)

Empat kios yang bertahan itu kini masih dalam kebimbangan. Harnoto menilai kiosnya mulai ada pengunjung, namun seolah seperti beradaptasi lagi. Dikarenakan, kolam renang Pagora belum sepenuhnya ramai seperti sediakala. Kendala lain, kata Harnoto, banyaknya pedagang buah dengan gerobak yang berputar kota. Ada juga, pembeli cenderung langsung mencari buah ke pasar grosir Ngronggo, Kota Kediri.

Merajut Asa Usai Corona, Kios Buah Pagora Kediri di Antara Senja dan Aruna
Suasana kios buah Harnoto di Kelurahan Banjaran, Kecamatan Kota, Kota Kediri. (rentaka setyo/metara)

Harnoto berharap ketika Corona telah hilang, atau kekebalan tubuh masyarakat sudah baik, kondisi kios buah Pagora bisa ramai lagi. Ia masih optimistis bisa bisnis jual buah di kios buah Pagora ini dapat membuatnya bertahan hidup. Dikarenakan, buah yang dipilihnya dengan kualitas baik dari produsen. Hal itulah yang membuatnya optimistis.

Meski demikian, rasa optimistis ini dibarengi juga dengan realita. Dikarenakan, anaknya juga tak mau melanjutkan bisnis jualan buah ini di kios buah Pagora. Di sisi lain, adanya pola adaptasi untuk pembeli ke kios buah Pagora. Sehingga, butuh waktu untuk membangkitkan lagi kios buah Pagora.

“Semoga ya bisa ramai lagi kalau Corona sudah hilang dan Pagora dibuka ramai kayak dulu,” terang pria 61 tahun ini.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *