Mengenal Jaranan Jowo Milik Kabupaten Kediri, Cikal Bakal Jaranan Masa Kini

Kediri
Caption: Pertunjukan salah satu paguyuban seni Jaranan Jowo KabupatenKediri. Doc: DK4

Metaranews.co, Kabupaten Kediri – Komite Tari dan Jaranan Dewan Kesenian dan Kebudayaan Kabupaten Kediri (DK4), Dekky Susanto, menilai pemenuhan Hak atas Kekayaan Intelektual (HAKI) kesenian Jaranan Jowo milik Kabupaten Kediri sangatlah penting.

Sebab, kesenian Jaranan Jowo merupakan cikal bakal seni pertunjukan jaranan yang ada saat ini.

Bacaan Lainnya

“Dari segi penyajian, tarian, dan ritualnya mengadakan Jaranan Jowo ini menjadi kesenian sepuh atau tertua,” kata Dekky saat dihubungi Metaranews.co, Rabu (4/1/2023).

Dari sajian pertunjukan, Jaranan Jowo ini menyuguhkan kesenian berbeda dibandingkan jaranan saat ini. Nuansa sederhana menjadi ciri khas keberadaan Jaranan Jowo, yang diduga sudah ada sejak era Kerajaan Kadiri.

Dekky menuturkan, Jaranan Jowo menampilkan tarian kesederhanaan bersama sejumlah alat musik yang terdiri dari sebuah gong atau kempul, sebuah bonang dan kempul, tiga buah angklung, terompet, dan kendang.

“Bahwa itu menandakan dahulu belum berkembang seperti sekarang, sehingga sumber tarian jaranan ya Jaranan Jowo ini,” jelasnya.

Masih kata Dekky, awal mula seni pertunjukan Jaranan Jowo yakni menceritakan tentang ucapan syukur para petani pascapanen raya.

Para petani kala itu berdoa dan meminta kepada Tuhan agar masa tanam berikutnya dijauhkan dari marabahaya, penyakit, dan diberikan kesuburan.

“Kesenian itu sudah dilakukan sejak zaman kuno, sudah ada di daerah Kediri. Sampai terbukukan setiap tahunnya, dipertunjukkan setiap masa buka giling pabrik tebu zaman Belanda,” tambah Dekky.

Dari sejumlah paguyuban Jaranan Jowo yang ada di Kabupaten Kediri, Dekky mencatat sudah ada 21 grup paguyuban.

Tetapi, yang masih eksis hingga saat ini hanya sekitar 17 grup. Kendalanya, para penari Jaranan Jowo yang ada saat ini sudah berusia lanjut.

Adapun sejumlah paguyuban Jaranan Jowo yang masih eksis hingga saat ini ada yang sudah diturunkan selama tujuh generasi.

“Seperti Jaranan Jambean, Desa Butuh, Kecamatan keras, keturunan ketujuh. Kemungkinan besar ini akan menjadi rujukan jaranan sekarang,” papar Dekky.

Setelah Jaranan Jowo mendapatkan HAKI, Dekky berharap hal itu dapat menjadi salah satu ikon di Kabupaten Kediri.

“Dapat dipelajari anak-anak mulai sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Kemudian difestivalkan, bahwa ini benar-benar cikal bakalnya jaranan di Kabupaten Kediri,” pungkas Dekky.

Reporter: Anis
Editor: Moch Hadi

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *