Penjamuan Sindhunata, Hidupkan Gagasan Humanistik untuk Wong Cilik

Sastrawan, budayawan Sindhunata saat kegiatan di Taman Baca Mahanani (Istimewa)
Sastrawan, budayawan Sindhunata saat kegiatan di Taman Baca Mahanani (Istimewa)

Metaranews.co, Kediri – Taman Baca Mahanani menggelar sarasehan bertajuk Perjamuan Sindhunatan sebuah perhelatan kebudayaan yang menghormati dan menghidupkan kembali gagasan-gagasan humanistik Sindhunata seorang jurnalis, budayawan dan penulis kawakan, yang selama puluhan tahun mengabdikan pena dan pikirannya untuk menyuarakan suara rakyat kecil.

Kegiatan tersebut digelae selama dua hari 3–4 Juni 2025, di Taman Baca Mahanani, Kota Kediri.

Bacaan Lainnya

Hari pertama diisi dengan diskusi dan ulasan mendalam atas karya-karya Sindhunata antara lain Putri Cina, Anak-Anak Semar, Menyusu Celeng dan Bayang-Bayang Ratu Adil.

Di sela-sela perdiskusian juga diisi pembacaan puisi-puisi karya Sindhunata.

Hari kedua diisi dengan sarasehan yang mendatangkan langsung Sindhunata. Selain itu juga ada pagelaran fragmen wayang dengan lakon Tuku Pangarep-arep yang dipentaskan oleh dalang cilik, Madjid Panjalu, yang secara khusus digubah dari penghayatan terhadap karya-karya Sindhunata.

Acara ini juga turut diramaikan oleh bazar buku dari Gramedia Kediri dan pameran foto sederhana bertajuk “Potret Profesi Wong Cilik,” yang memotret pekerjaan-pekerjaan wong cilik.

Ketua pelaksana acara, Ricky, menyampaikan bahwa kegiatan ini dircancang bukan sekadar sebagai penghormatan kepada seorang tokoh, tetapi sebagai upaya menghayati semangat yang terkandung dalam karya-karyanya.

“Kami melihat karya-karya Romo Sindhunata bukan hanya sebagai sastra, tapi sebagai suara dari mereka yang sering tak terdengar. Acara ini adalah upaya kami untuk menghidupkan kembali suara-suara itu, agar tak lenyap di tengah hiruk-pikuk zaman,” ujar Ricky.

Ricky juga menekankan bahwa semangat penghayatan terhadap nilai-nilai dalam karya Sindhunata harus dijaga dan tidak berhenti pada acara semata.

“Kami ingin agar kegiatan seperti ini menjadi bagian dari pembelajaran kolektif, bahwa membaca karya Sindhunata bukan sekadar memahami cerita, tetapi juga menyerap empati. Ini tentang bagaimana kita bisa menengok ke bawah, memaknai hidup dari mata rakyat kecil,” tambah Ricky

Pos terkait