Metaranews.co, Kediri- Kegigihan Guruh Febriandaru untuk kembali ke desanya patut diacungi jempol. Ia tak malu pulang kampung. Meskipun, telah lulus dari studinya di Universitas Brawijaya (UB) pada 2019, Guruh memutuskan untuk menjadi seorang petani tebu. Tekadnya tak terbendung, ia pulang kampung ke Desa Sumberbendo, Kecamatan Pare, Kabupaten Kediri. Ia meneruskan apa yang dikerjakan Rudianto, ayahnya untuk bertani.
“Ya seperti pandangan orang, setelah lulus kok malah bertani, lha bagi saya biasa saja wong dari kecil saya juga sudah tahu kegiatan bapak di rumah,” imbuh pemuda 26 tahun ini.
Ayahnya yang memiliki 9 hektare lahan tebu, Guruh hanya mengerjakan 1 hektare saja. Dari lahan tersebut, ia bisa menghasilkan 100 ton tebu. Namun, ia tidak langsung menjual tebu tersebut. Hasil panen tebu itu diolah lagi menjadi gula merah.
“Ini usaha dari bapak dulu, jadi tebunya saya olah lagi jadi gula merah sehingga nilai ekonomisnya meningkat,” imbuhnya.
Ia benar-benar terlihat sudah terbiasa dengan dunia pertanian, bukan hanya karena latar belakang pendidikan sarjana, tapi Guruh sudah familiar dengan aktivitas pertanian tebu sejak ia kecil.
Ia sudah tak menghiraukan suara sumbang dari orang lain yang kadang menanyakan status sarjananya. Karena prinsipnya, bekerja itu agar bermanfaat untuk orang sekitar. Dari aktivitas produksi gula merah ini, Guruh mempunyai dapat memberdayakan warga sekitar untuk bekerja.
Sehingga, ia berniat untuk melanjutkan aktivitas bertani seperti yang dilakukan keluarganya. Menurutnya, meskipun pandemi, bisnis ini bisa bertahan dengan stabil. Permintaan gula merah ini akan dikirim ke Jawa Barat untuk dijadikan bahan baku kecap manis.