Tubuh Santri di Lamongan Meninggal Penuh Luka, Keluarga Curiga Korban Dianiaya

ilustrasi pondok pesantren (unsplash)
ilustrasi pondok pesantren (unsplash)

Metaranews.co, News – Seorang santri di salah satu pesantren di Kecamatan Paciran Lamongan meninggal dunia. Keluarga curiga siswa Madrasah Tsanawiyah (MTs) tersebut merupakan akibat penganiayaan.

Ayah korban, Basuni (38) mengaku awalnya mendapat kabar dari ND, wali kelas, bahwa anaknya sakit dan harus dilarikan ke RS Suyudi, Paciran, Jumat (25/8/2023) sekitar pukul 06.30 WIB.

Bacaan Lainnya

Ia segera dilarikan ke RS Suyudi bersama keluarganya. Basuni kaget saat mengetahui putranya telah meninggal dunia.

Keluarga semakin curiga setelah ditemukan adanya luka lebam di tubuh korban. Terdapat luka lebam di betis dan paha korban. Bagian kemaluan korban tersebut juga mengalami luka lebam hingga membiru.

Keluarga kemudian memutuskan untuk melaporkan kejadian tersebut ke polisi.

Paman korban, Arif Mulkan, merasa ada yang janggal dan tidak wajar atas meninggalnya keponakannya yang berinisial M (13). Mulkan pun membenarkan, korban meninggal beberapa jam sebelum dilarikan ke rumah sakit.

“Informasi yang kami dapat dari pihak rumah sakit, korban saat dibawa ke rumah sakit ternyata sudah meninggal. Saya melihat korban masih pakai seragam sekolah. Padahal saat itu hari Jumat, sekolah libur. Berarti, apa pun kejadiannya pasti hari Kamis,” kata Mulkan dikutip Suara Jatim.

Sementara itu, Polres Lamongan siap turun tangan mengusut kasus tersebut. Polisi langsung meminta keterangan sejumlah saksi.

Polisi memastikan pihak keluarga sempat menolak tawaran otopsi dan hanya melakukan pemeriksaan visum. Namun, beberapa waktu kemudian pihak keluarga akhirnya menerima untuk dilakukan otopsi.

“Bapak Basuni dan keluarga akhirnya bisa menerima. Karena dugaan ada unsur kekerasan terhadap korban sangat kuat,” katanya.

Pihak pesantren membantah korban telah dianiaya. Kepala Pondok Putra, Danang Eko Saputra mengatakan, korban mengeluh kurang enak badan hingga diminta istirahat di kamar penjaga.

M diketahui meninggal pada hari Jumat menjelang salat subuh. Saat itu, korban tidak bereaksi dan tubuhnya sudah kaku saat hendak dibangunkan.

“Akhirnya saya bersama seorang pengurus pondok membawanya ke dokter,” kata Danang.

Setelah dilakukan pemeriksaan, korban diketahui telah meninggal dunia. Pengurus kemudian melakukan musyawarah dan meminta petunjuk dari pengurus pesantren. Pihak pesantren kemudian memutuskan membawa korban ke RS Suyudi Paciran.

“Kepada orang tua korban, kami hanya menyampaikan kalau putra Pak Basuni ada di RS Suyudi,” terangnya.

Ia mengungkapkan, atas nama pengurus pesantren meminta maaf pada keluarga korban.

Pos terkait