Upaya Konservasi Mangrove untuk Mengembalikan Ekosistem Pantai di Malang

Metaranews.co
Kawasan Clungup Mangrove Conservation (CMC) Tiga Warna Malang yang berupaya melestarikan bakau. (istimewa)

Metaranews.co, Malang– Gundulnya pohon di garis pantai Sendang Biru, Desa Tambakrejo, Kecamatan Sumbermanjing Wetan, Kabupaten Malang membuat masyarakat tergerak. Penyelematan alam ini akhirnya kembali asri setelah Yayasan Bhakti Alam Sendang Biru mengelola kawasan yang kini diberi nama Clungup Mangrove Conservation (CMC) Tiga Warna.

Masalah yang sering terjadi pada lahan pohon bakau itu ialah pembukaan lahan dari petani tambak. Sehingga, tanaman bakau yang semestinya mencegah abrasi menjadi tidak berfungsi.

Bacaan Lainnya

“Hutannya ditebangi dan mangrove-nya hancur. Akhirnya binatang seperti monyet itu lari ke Sempu karena di sini sudah nggak ada hutan,” terang Hermansyah, seorang pemandu di CMC Tiga Warna.

Ia menjelaskan bahwa konservasi hutan mangrove di kawasan tersebut mulai dilakukan pada 2011. Ada dua area pantai yang menjadi tempat konservasi hutan mangrove yakni Pantai Clungup dan Pantai Gatra.

Hermansyah mengakui harus ada upaya lebih untuk melakukan misi konservasi mangrove. Salah satunya dengan memberikan sosialisasi dan berdiskusi dengan warga sekitar. Untuk apa? Mendapatkan pertanyaan ini, Hermansyah menjelaskan bahwa selain melakukan konservasi alam di kawasan mangrove, ia juga harus melibat masyarakat agar berpindah pekerjaan. Dari perambah hutan, pencuri kayu, dan penangkap ikan tak ramah lingkungan menjadi pemandu wisata, penjaga pantai, dan jasa ojek.

Perjuangan Yayasan Bhakti Alam tak semudah membalikkan tangan. Ia harus konsisten untuk mengajak masyarakat sekitar selama tiga tahun agar mau berpindah pekerjaan. Upaya pelestarian itu membuahkan hasil ketika dibuka menjadi objek wisata konservasi alam. Sehingga, banyak masyarakat mau berkunjung ke CMC Tiga Warna.

“Kami berjuang selama 3 tahun. Baru di tahun 2014 akhir itu ada tamu sedikit. Di tahun 2015 kawasan ini diresmikan, baru ada tamu banyak,” terang Hermansyah.

Tak hanya itu, paya konservasi ini juga membuat ekosistem kembali normal. Dengan indikator, kata Hermansyah, ada banyak monyet yang bisa ditemui di CMC Tiga Warna. Menurutnya, ini menjadi indikator habitat mereka telah kembali seperti semula.

“Sekarang sudah banyak monyet. Ayam hutan juga ada,” kata Hermansyah.

Kawasan konservasi hutan mangrove ini terbuka bagi pengunjung. Ada berbagai aktivitas seru yang bisa dilakukan saat berkunjung ke sana. Salah satunya adalah susur mangrove dengan menggunakan perahu.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *