Metaranews.co, Malang – Aksi yang menarik ribuan massa aremania tak peduli hujan deras yang mengguyur sekitar pukul 13.30 WIB. Mereka terus menuntut pengusutan tuntas atas tragedi Kanjuruhan di bundaran Tugu Kota Malang pada Kamis (10/11) siang.
Long march yang dilakukan mulai dari Stadion Gajayana menuju bundaran Tugu Kota Malang dengan menggotong 137 keranda. Mereka mulai bergerak tepat pukul 12.00 WIB dan tiba di titik pusat aksi pada sekitar pukul 13.00 WIB. Selain keranda, aremania juga menunjukkan foto para korban tragedi Kanjuruhan. Tak hanya itu, spanduk berisikan pesan moral dibentangkan di setiap sudut aksi massa.
Setelah tiba di bundaran Tugu Kota Malang, mereka melakukan aksi teatrikal Tragedi Kanjuruhan. Mereka memeragakan aksi penembakan gas air mata yang dilakukan oleh aparat di Stadion Kanjuruhan Malang pada 1 Oktober lalu.
Kemudian sejumlah orator mulai menyuarakan aspirasinya dalam menuntut keadilan bagi korban Tragedi Kanjuruhan. Saat itu, hujan lebat mulai turun mengguyur peserta aksi sekitar pukul 13.30 WIB.
Meski hujan lebat mengguyur, aksi menuntut keadilan itu tetap dilanjutkan. Tiga tuntutan utama digelorakan dalam aksi itu. Mereka menyebut tuntutan itu sebagai Tritura atau Tiga Tuntutan Rakyat.
“Pertama, tangkap dan adili seluruh aktor dan eksekutor dibalik Tragedi Kanjuruhan,” ungkap orator.
Kemudian kedua, Aremania menuntut agar Tragedi Kanjuruhan dijadikan sebagai pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) berat.
“Ketiga, bayar segala kerugian yang diderita korban dan keluarga korban Tragedi Kanjuruhan melalui mekanisme kompensasi dan restitusi,” lanjutnya.
Selain menyuarakan tuntutan, ribuan Aremania itu juga memanjatkan doa bersama untuk para korban yang meninggal dalam Tragedi Kanjuruhan.
Para peserta aksi kemudian membubarkan diri sekitar pukul 14.30 WIB. Aksi ribuan Aremania itu berjalan damai dan tanpa kerusuhan meski tidak ada pengawalan aparat kepolisian.