Metaranews.co, Malang- Jembatan Kedungkandang Kota Malang pun lumpuh lantaran aksi solidaritas Aremania yang serentak mempertanyakan pengusutan tragedi Kanjuruhan. Ada 10 titik jalan yang sengaja dipadati Aremania untuk terus mendesak pemerintah dan aparat agar bertanggungjawab dalam peristiwa nahas yang mewaskan ratusan orang di Stadion Kanjuruhan Malang. Salah satunya ada di Jembatan Fly Over Kedungkandang Kota Malang.
Mereka datang dari berbagai daerah di Kecamatan Kedungkandang seperti Muharto, Polehan, Jodipan, Kutobedah hingga Buring. Hampir selama 15 menit, arus lalu lintas di poros utama Malang timur itu berhenti sejenak.
Selain menyanyikan lagu keadilan, masing-masing perwakilan suporter dari berbagai wilayah ini juga sempat melakukan orasi kecil. Tak lama, mereka melanjutkan melakukan aksi long march mengarah ke Pintu Exit Tol Madyopuro.
Aksi solidaritas itu tak hanya diwakili oleh anak-anak muda, tapi juga ibu dan anak-anak kecil. Mereka ikut bersama menyampaikan duka cita dan komitmen untuk mengawal penegakan hukum atas tragedi yang menewaskan 135 orang dan 600 lebih luka-luka.
Berbagai spanduk bertuliskan tuntutan keadilan dan usut tuntas mereka bawa. Temasuk keranda mayat dan boneka pocong sebagai simbol korban Tragedi Kanjuruhan.
Salah satu perwakilan Aremania asal Buring, Om Botak menuturkan aksi solidaritas ini ditujukan untuk mengingatkan penegak hukum untuk tidak menganggap remeh perkara tragedi ini. Ini sebagai bentuk bahwa Aremania sebagai masyarakat terus ikut andil mengawal kasus ini.
”Jangan sampai perkara hukum Tragedi Kanjuruhan ini mengendap begitu saja. Kami menuntut para penegak hukum tidak diam saja. Kami bisa saja terus melakukan aksi seperti ini setiap hari,” tegas dia.
Sejauh ini, upaya hukum yang dilakukan oleh tim hukum Aremania bersama para korban saat ini sedang melaporkan perkara ini ke Mabes Polri, Jakarta. Ini dilakukan karena tuntutan ke Polda Jatim tidak dianggap serius.
”Kenapa ke Mabes? Ya kenapa di Polda kami ditolak? Dari aksi ini kami harap Polri mengusut tuntas kasus ini,” tegas Om Botak yang juga sempat ikut mengawal pelaporan perkara ke Mabes Polri ini.
Hingga kemudian pasca 40 hari lebih, sambung dia, penegakan hukumnya masih terkesan bertele-tele dan tidak serius.
”Kami tidak bisa hanya berdiam diri saja. Saudara-saudara kami yang mendahului kami juga butuh keadilan,” ujarnya.
Sebagai informasi, aksi serupa juga bergulir di 10 lebih titik lain. Seperti di kawasan Arjosari, Blimbing, Lesanpuro, Sawojajar, Bukgluduk (Embong Brantas), Jalan Soekarno Hatta, Dinoyo, Bandungrejosar, Bululawang hingga Kota Batu dan Pujon (Malang Barat).