Metaranews.co, Kalam – Apakah boleh zakat fitrah keluarga diberikan kepada satu orang? Kewajiban membayar zakat merupakan satu yang harus ditunaikan umat Islam jelang Idul Fitri.
Mengenai pertanyaan diatas, ada beragam pendapat para alim ulama terkait hal itu. Menurut mazhab Syafi’i, zakat fitrah untuk setiap jiwa harus diberikan secara merata kepada semua golongan mustahiq zakat di wilayah setempat.
Standar rata-rata minimum adalah untuk mendistribusikan zakat kepada tiga orang di setiap kelompok delapan mustahiq zakat.
Misalnya, jika di daerah setempat terdapat dua kelompok mustahiq zakat, faqir dan gharim, maka zakat fitrah harus dibagi enam orang, dengan rincian tiga orang dari kelompok faqir, tiga orang dari kelompok gharim.
Bagaimana jika aturan ini tidak diindahkan? Maka mustahiq wajib mengganti zakat yang tidak diberikan, berupa harta yang paling minimal yang bisa dihargai (aqallu mutamawwal).
Sebagian pendapat mengatakan bahwa santunan adalah harta nominal yang setara dengan sepertiga zakat yang dibayarkan.
Pengecualian berlaku bagi mustahiq yang berbentuk ‘amil (panitia zakat), hanya boleh memberikan zakat kepada satu orang dari golongan ‘amil.
Kaidah ini didasarkan pada ayat tentang mustahiq zakat yang disampaikan dalam bentuk jamak (jama’), al-fuqara’, al-masakin, dan seterusnya.
Dalam tata bahasa Arab, jama’ minimal adalah tiga orang. Syaikh Ibnu Qasim al-Ghuzzi berkata:
(ولا يقتصر) في إعطاء الزكاة (على أقل من ثلاثة من كل صنف) من الأصناف الثمانية (إلا العامل)؛ فإنه يجوز أن يكون واحدا إن حصلت به الحاجة فإن صرف لاثنين من كل صنف غرم للثالث أقل متمول. وقيل يغرم له الثلث.
“Dan tidak boleh meringkas dalam memberi zakat atas jumlah yang kurang dari tiga orang dari setiap golongan mustahiq zakat yang ada delapan, kecuali ‘amil, maka boleh diberikan hanya kepada satu orang jika dengan satu orang tersebut terpenuhi kebutuhan. Maka jika zakat diberikan kepada dua orang dari setiap golongan, wajib mengganti rugi kepada orang ketiga berupa minimal harta yang bisa dihargai. Sebagian pendapat mengatakan ganti ruginya adalah sepertiga.” (Syekh Ibnu Qasim al-Ghuzzi, Fath al-Qarib Hamisy Qut al-Habib al-Gharib, hal. 213).
Sedangkan menurut pendapat Abu Hanifah, Malik, dan Ahmad bin Hanbal, zakat termasuk zakat fitrah dapat diberikan kepada satu orang mustahik, tidak harus dibagikan secara merata kepada semua kelompok penerima (ashnaf), dan tidak pula wajib diberikan kepada minimal 3 orang dari setiap kelompok. setiap ashnaf.
Pendapat ketiga Imam tersebut juga didukung oleh banyak ulama dari kalangan Syafi’iyah, antara lain Imam Ibnu ‘Ujail al-Yamani, Imam al-Ashba’i dan mayoritas ulama Muta’akhirin.
Argumentasi dari pendapat ini adalah bahwa pemberian zakat kepada minimal tiga orang dalam setiap ashnaf sulit diwujudkan apalagi zakat fitrahnya kecil.
Syekh Abu Bakr bin Syatho mengatakan:
وقال ابن حجر في شرح العباب قال الأئمة الثلاثة وكثيرون يجوز صرفها إلى شخص واحد من الأصناف. قال ابن عجيل اليمني ثلاث مسائل في الزكاة يفتى فيها على خلاف المذهب، نقل الزكاة، ودفع زكاة واحد إلى واحد، ودفعها إلى صنف واحد.
“Syekh Ibnu Hajar berkata dalam Syarh al-‘Ubab, berkata tiga imam dan banyak ulama (Syafi’iyah), boleh memberikan zakat kepada satu orang dari beberapa ashnaf. Ibnu ‘Ujail al-Yamani berkata, tiga permasalahan zakat yang difatwakan berbeda dengan pendapat al-Madzhab, kebolehan memindah zakat, kebolehan memberi zakatnya satu jiwa kepada satu orang, dan kebolehan memberi zakat kepada satu golongan.” (Syekh Abu Bakr bin Syatho, I’anah al-Thalibin, juz.2, hal. 212).
Syekh Abdurrahman bin Muhammad al-Masyhur menjelaskan:
(مسألة ي ش) لا خفاء أن مذهب الشافعي وجوب استيعاب الموجودين من الأصناف في الزكاة والفطرة ومذهب الثلاثة جواز الاقتصار على صنف واحد وأفتى به ابن عجيل والأصبعي وذهب إليه أكثر المتأخرين لعسر الأمر ويجوز تقليد هؤلاء في نقلها ودفعها إلى شخص واحد كما أفتى به ابن عجيل وغيره
“Tidak ada keraguan bahwa menurut madzhab Syafi’i diwajibkan meratakan mustahiq zakat yang wujud dari beberapa golongan di dalam zakat (mal) dan zakat fitrah. Menurut mazhabnya tiga Imam, boleh meringkas atas satu golongan. Pendapat ini difatwakan oleh Syekh Ibnu Ujail, Syekh al-Ashba’i dan diugemi oleh mayoritas ulama muta’akhirin, karena sulitnya perihal (meratakan zakat). Boleh mengikuti pendapat-pendapat tersebut dalam memindah zakat dan memberinya kepada satu orang seperi fatwanya Syekh Ibnu ‘Ujail dan lainnya”. (Syekh Abdurrahman bin Muhammad al-Masyhur, Bughyah al-Mustarsyidin, hal. 219).
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa zakat fitrah satu keluarga untuk satu orang mustahiq merupakan persoalan yang sedang diperdebatkan oleh para ulama (ikhtilaf).
Menurut mayoritas mazhab Syafi’i tidak boleh, sedangkan menurut Ibnu ‘Ujail, al-Ashba’i dan mayoritas ulama muta’akhirin, boleh.
Pendapat kedua ini sejalan dengan pendapat ketiga Imam, Abu Hanifah, Malik dan Ahmad bin Hanbal. Masing-masing dari dua pendapat tersebut dapat diikuti.