Metaranews.co, Kabupaten Jombang – Masa pensiun bukan akhir bagi Fatkurrohman (60).
Mantan perangkat Desa Tinggar, Kecamatan Bandarkedungmulyo, Kabupaten Jombang, Jawa Timur, itu justru menjadikannya sebagai titik balik untuk memulai babak baru sebagai pengusaha sukses di bidang peternakan ayam petelur.
Setelah puluhan tahun mengabdi di pemerintahan desa, Fatkurrohman memilih jalur berbeda.
Dengan modal semangat dan tabungan pribadi sekitar Rp150 juta, ia membangun usaha peternakan ayam petelur di lahan belakang rumahnya.
Karena modal awal belum cukup, ia pun memberanikan diri meminjam dana tambahan dari saudaranya. Langkah nekat itu kini berbuah manis.
“Awalnya saya hanya mampu menampung 1.000 ekor ayam. Sekarang alhamdulillah sudah 4.000 ekor, dan terus berkembang,” ujarnya saat ditemui di kandangnya, Kamis (6/11/2025).
Tanpa latar belakang pendidikan peternakan, Fatkurrohman belajar secara otodidak. Ia banyak meniru cara beternak dari keluarganya di Kediri yang lebih dulu terjun di usaha serupa.
“Belajar dari pengalaman orang lain, terus dicoba sendiri. Kalau gagal ya diperbaiki, yang penting tekun,” katanya.
Kini, dari 3.000 ekor ayam yang produktif, setiap hari ia mampu memanen 142–144 kilogram telur. Hasil panen itu dipasok ke para tengkulak di Kecamatan Gudo dan Megaluh.
Dengan harga telur yang stabil di kisaran Rp26 ribu per kilogram, usaha Fatkurrohman tetap berjalan lancar.
“Dengan harga segitu, kita masih bisa untung, asal biaya pakan tidak naik terus,” tuturnya.
Tak hanya fokus pada produksi, Fatkurrohman juga menjaga kebersihan kandang agar tidak menimbulkan bau menyengat.
Ia rutin menyemprotkan cairan fermentasi EM4 setiap minggu untuk mengurai limbah dan menjaga udara tetap segar.
“Kalau tidak disemprot, baunya bisa menyengat. Tapi dengan cairan itu, kandang lebih nyaman,” ujarnya.
Meski demikian, perjalanan usahanya tidak selalu mulus. Kenaikan harga pakan, terutama jagung, kerap menjadi tantangan berat.
Harga jagung yang semula Rp5.500 per kilogram kini naik hingga Rp7.000 di tingkat gudang.
“Kalau harga pakan naik, otomatis keuntungan ikut turun. Tapi sejauh ini masih bisa bertahan,” ungkapnya.
Ia berharap pemerintah atau koperasi bisa menyalurkan jagung dengan harga yang lebih stabil agar peternak kecil tetap bertahan.
“Kalau ada koperasi yang bisa bantu suplai jagung, peternak seperti kami pasti lebih tenang,” tambahnya.






