Makna Dibalik Lebaran Ketupat, Tradisi yang Masih Terus Terjaga di Kalangan Masyarakat

Lebaran Ketupat
Ilustrasi ketupat. (Unplash)

Metaranews.co, Budaya – Ramadan berakhir, tiba Hari Raya Idul Fitri. Biasanya, di hari ketujuh lebaran ada tradisi yang dinamakan Lebaran Ketupat.

Lebaran ketupat merupakan salah satu tradisi merayakan Idul Fitri di Indonesia. Lebaran Ketupat umumnya diadakan di Pulau Jawa.

Bacaan Lainnya

Biasanya, tradisi ini diadakan pada tanggal 7 bulan Syawal. Waktu pelaksanaannya sendiri adalah pada sore hari atau malam hari. Umumnya, tradisi ini biasa digelar di pedesaan.

Tradisi ini masih lekat di kalangan masyarakat pedesaan. Terlebih di daerah Jawa Tengah maupun Jawa Timur yang terus konsisten menjaga tradisi ini.

Dimana, masyarakat akan berkumpul dalam satu tempat, entah itu masjid maupun lapangan. Setiap masyarakat akan membawa hidangan dari rumah masing-masing (berkat) yang dikumpulkan.

Setelah itu, masyarakat akan mengikuti rangkaian kegiatan lainnya, kebanyakan berupa pengajian. Dilanjutkan dengan makan bersama dan membagikan berkat yang telah dikumpulkan diawal Kegiatan.

Sederhananya, tradisi ini dilaksanakan setelah puasa sunnah Syawal yang dilaksanakan pada hari kedua hingga ketujuh Syawal.

Jika 1 Syawal jatuh pada tanggal 22 April 2023, maka lebaran ketupat jatuh pada tanggal 29 April 2023, dengan perhitungan disesuaikan dengan puasa di bulan Syawal mulai hari kedua Idul Fitri.

Tradisi ini juga dikenal dengan nama bakda ketupat yang artinya mengaku bersalah. Hal ini berdasarkan filosofi Jawa “Ngaku lepat” artinya mengakui kesalahan. Ketupat merupakan simbol dari ungkapan “Mengaku lepat” atau jika diartikan dalam bahasa Indonesia artinya mengaku salah.

Karena itu, tradisi ini akan identik dengan hidangan ketupat yang terbuat dari nasi yang dibungkus dengan daun kelapa kuning. Janur kuning sendiri menjadi simbol hari nurani yang membungkus nafsu dunia, yang dilambangkan dengan nasi.

Dengan menghayati makna tradisi ini, kita mendapat pelajaran berharga bahwa manusia selalu mengalami kesulitan dalam mengekang hawa nafsunya.

Selain itu, manusia juga terkadang kesulitan untuk mengakui kesalahannya, atau malu untuk terbuka dan meminta maaf, oleh karena itu disimbolkan dengan wajik untuk menyampaikan permintaan maafnya ketika ada kesalahan yang disengaja maupun tidak disengaja dan telah melukai hati orang lain.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *