Diduga Meninggal Tak Wajar, Makam Pensiunan TNI di Blitar Dibongkar untuk Diautopsi

Makam Pensiunan TNI Blitar
Caption: Suasana pembongkaran makam pensiunan TNI AD, Yanto, di Desa Plosorejo, Kecamatan Kademangan, Kabupaten Blitar, Selasa (30/5/2023). Doc: Bahtiar/Metaranews.co

Metaranews.co, Kabupaten Blitar – Tim forensik dari Rumah Sakit Bhayangkara Kediri membongkar makam pensiunan TNI AD, Yanto (58), di Pemakaman Umum Desa Rejowinangun, Kecamatan Kademangan, Kabupaten Blitar, Selasa (30/5/2023).

Penggalian makam atau ekshumasi tersebut dilakukan untuk pelaksanaan autopsi atas jasad Yanto, yang diketahui meninggal di rumahnya pada 8 Mei lalu.

Bacaan Lainnya

Anak perempuan Yanto, Erni yang bersuami seorang anggota kepolisian, menganggap kematian ayahnya tidak wajar dan meminta dilakukan autopsi.

Kasat Reskrim Polres Blitar, AKP M Gananta mengatakan, autopsi jenazah Yanto yang telah dimakamkan 22 hari yang lalu itu berawal dari permintaan anak Yanto yang berada di Papua, yang menganggap kematian ayahnya tidak wajar.

“Anak dari almarhum yang berada di Papua mengetahui kabar kematian delapan hari setelah jenazah dimakamkan, yang bersangkutan membuat laporan ke kepolisian, dan saat ini kami sedang melakukan penyelidikan,” ujar Gananta.

Pada hari Yanto ditemukan meninggal di rumahnya, sebenarnya pihak keluarga yang ada di Blitar telah berusaha menghubungi anak Yanto yang ada di Papua, namun tidak tersambung.

“Tapi setelah beberapa hari kemudian anaknya melihat foto (jenazah), anaknya mengajukan PK (peninjauan kembali), untuk memperjelas penyebab kematian korban,” ujarnya.

Menurut Gananta, sebenarnya pihaknya tidak menemukan adanya kejanggalan pada jasad Yanto, yang mengarah pada dugaan adanya tindak pidana hingga menyebabkan kematiannya.

“Belum ada dugaan yang mengarah ke tindak pidana. Tapi nanti setelah autopsi kita harapkan ada kejelasan,” kata Dwi.

Sementara, Kepala Desa Rejowinangun, Bagas Wigasto mengatakan, ketika pertama kali ditemukan warga, jasad Yanto sudah mulai membengkak dan terlihat cairan keluar dari telinga dan hidung.

Namun, kata Bagas, kondisi tersebut tidak dapat begitu saja dijadikan dasar untuk menyebut ketidakwajaran penyebab kematian Yanto.

“Kemungkinan bengkaknya jtu karena meninggalnya sudah lebih dari 24 jam,” tutupnya.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *