Harinjing Menolak Bergeming

Metaranews.co

Sejak Bagawanta Bhari sampai Bupati Kediri, Hanindhito Himawan Pramana, Prasasti Harinjing tak mau diam begitu saja. Meskipun, wujud prasasti ini ialah batu andesit, akan tetapi seolah ia mempunyai ruh yang menarik perhatian dunia. Dengan puncak prasasti yang lonjong dan dialasi padma atau teratai, Prasasti Harinjing mengirimkan pesan abadi kepada penduduk Kediri.

Bupati Kediri, Hanindhito Himawan Pramana bersama warga menggelar doa bersama di bekas perkebunan kopi Sukabumi, Desa Siman, Kecamatan Kepung. (Foto: Didin Saputro)

Sepenggal isi prasasti ini jelas menyebutkan jasa Bagawanta Bhari yang berhasil membuat aliran sungai agar penduduk sekitar terhindar dari banjir dengan membuat tanggul dan mendapatkan bebas pajak dari Kerajaan Medang.

Bacaan Lainnya

La Bhaganwanta Bari i Culanggi sumaksyakan simaniran mula dawu”. Artinya, pendeta agung Bhagawan Bari dari Culanggi menyaksikan penetapan tanah bebas pajak untuk membuat tanggul.

Jasa inilah yang akhirnya membuat sungai yang ada dari abad ke-8 itu dapat dinikmati sampai sekarang. Waduk Siman menjadi hulu Sungai Serinjing. Berdasar sumber data arkeologi Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disbudpar) Kabupaten Kediri, prasasti ini bernama Prasasti Harinjing atau Prasasti Sukabumi yang ditemukan di Kebun Kopi Sukabumi, Siman, wilayah Pare (sekarang wilayah Kecamatan Kepung) pada tahun 1916 dan diamankan oleh Administratur Kebun yang bernama, W. Pet.

“Ada tiga sisi pahatan Harinjing, dan angka tahunnya berbeda-beda. Yang menunjukkan identitas Kediri biasa dikenal Harinjing A atau pada sisi depan (resto),” ungkap Kabid Sejarah dan Purbakala, Disparbud Kediri, Yuli Marwantoko.

Layaknya mantra, Yuli mengulangi cerita bahwa secara umum prasasti ini menuliskan tentang pembebasan atas pajak dan iuran (penganugrahan tanah sima/perdikan) oleh Rakai Layang Dyah Tulodhong (Raja Mataram Kuna), kepada Bagawanta Bari, atas jasanya membuat dhawuhan/tanggul di Sungai Harinjing sehingga dapat menanggulangi banjir serta meningkatkan hasil pertanian.

Bupati Kediri, Hanindhito Himawan Pramana berdoa di lokasi Prasasti Paradah dan Siman. (Foto: Didin Saputro)

Sehingga, Disbudpar membuat kegiatan Niti Sowan Harinjing. Sebuah akronim dari Napak Tilas – Soma Wage Ngleluri Harinjing sebagai seremonial sederhana dalam rangka menapak jejak-jejak Prasasti Harinjing yang pada tahun 1916 ditemukan di Kebun Kopi Sukabumi, di Desa Siman, Kecamatan Kepung.

Ada refleksi yang ingin diresapi dalam menyongsong Hari Jadi Kabupaten Kediri ke-1218 ini. Meneladani Bhagawanta Bari sebagai tokoh pelopor pembangunan Kediri pada masa lalu untuk menjadi fondasi membangun Kediri  lebih maju di masa depan. Napak tilas yang dilakukan Mas Dhito langsung menuju bekas perkebunan kopi Sukabami, lokasi ditemukannya Prasasti Harinjing pada tahun 1916. Usai menapak jejak di kebun tersebut, Dhito melanjutkan ke lokasi kedua, yakni lokasi Prasasti Pradah dan Siman.

“Satu hari sebelum acara hari jadi kita melakukan anapak tilas, kita mulai dari kemarin kita napak tilas di kebun kopi pada tahun 1916 ditemukan Prasasti Harinjing. Dimana dalam Prasasti tersebut dituliskan kata Kadiri. Kita lanjut ada ke Prasasti Pradah dan Siman. Kita mendoakan leluhur di Kabupaten Kediri, semoga diterima di sisi Allah SWT,” terang Mas Dhito.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *