Fenomena Social Loafing, Ketika Seseorang Malas Bekerja

Social loafing
Ilustrasi seseorang sedang Maas bekerja. (Pexels)

Metaranews.co, Hiburan – Social loafing merupakan sebuah fenomena saat seseorang berkontribusi sedikit pada suatu tugas pekerjaan. Apalagi, tugas tersebut dikerjakan secara berkelompok.

Fenomena ini sering terjadi di dunia kerja, dimana saat orang terlibat dalam dunia kerja, khususnya dalam kelompok, kontribusi orang tersebut tidak terlihat.

Bacaan Lainnya

Terkadang, saat bekerja sendiri, banyak orang cenderung lebih berusaha. Namun ketika terlibat dalam suatu kelompok, usaha orang tersebut justru berkurang.

Social loafing
Ilustrasi seseorang sedang Maas bekerja. (Pexels)

Fenomena ini pertama kali diteliti oleh Max Ringelmann, seorang insinyur pertanian dari Perancis, pada tahun 1931. Riset sederhana ini meminta partisipan untuk menarik tali, baik sendiri maupun berkelompok.

Ringelmann menemukan bahwa ketika orang bekerja dalam kelompok, mereka melakukan lebih sedikit upaya untuk menarik perhatian daripada ketika bekerja secara individu.

Kajian ini menjadi dasar penelitian lain yang membahas tentang kemalasan sosial, sehingga fenomena psikologi sosial ini juga sering disebut sebagai efek Ringelmann.

Seorang social loafer tidak mau berusaha sebaik mungkin saat mengerjakan tugas kelompok. Dia berasumsi bahwa tugas itu akan diselesaikan oleh rekan satu timnya.

Penelitian yang dilakukan oleh Steven J. Karau dan Kipling D. Williams (1993) menghubungkan kemalasan sosial dengan tujuan yang ingin dicapai saat bekerja dalam kelompok.

Seseorang mungkin memiliki harapan yang lebih rendah saat bekerja dalam kelompok. Mereka juga tidak menghargai hasil seperti mereka mengerjakan tugas individu.

Kurangnya motivasi untuk mencapai tujuan ini sering membuat pemalas sosial tidak berkontribusi sebanyak yang sebenarnya mampu mereka lakukan.

Dalam penelitian berjudul Social Loafing: A Review of the Literature (2014), terdapat empat faktor yang dapat menyebabkan fenomena kemalasan sosial. Berikut deskripsinya.

1. Kurangnya motivasi diri

Kurangnya motivasi diri dalam melaksanakan tugas berpengaruh besar terhadap munculnya kemalasan sosial.

Seseorang yang kurang termotivasi dengan tugas yang menjadi tanggung jawabnya cenderung mengalami kemalasan sosial ketika harus bekerja dalam kelompok.

2. Ukuran grup terlalu besar

Semakin besar kelompok, semakin sulit bagi seseorang untuk merasa bahwa kontribusi yang mereka berikan penting dalam suatu pekerjaan.

Ini dapat membuat orang tersebut merasa bahwa kontribusinya tidak akan berpengaruh pada hasil akhir. Pada akhirnya, ini akan mendemotivasi mereka.

3. Kurangnya tanggung jawab individu

Jika tanggung jawab individu dalam tugas kelompok tidak diukur atau didefinisikan dengan jelas, beberapa orang mungkin tidak merasa perlu untuk berkontribusi lebih banyak.

Akibatnya, mereka mungkin berpikir bahwa tugas itu bukan tanggung jawab mereka.

4. Harapan di tempat kerja

Lingkungan kerja juga mempengaruhi fenomena kemalasan sosial. Jika seseorang melihat rekan kerjanya tidak cukup berkontribusi, mereka mungkin akan melakukan hal yang sama.

Beberapa orang juga lebih suka berkontribusi lebih sedikit atau tidak sama sekali saat mereka bekerja dengan orang yang suka mengontrol semua aspek pekerjaan.

Kemalasan sosial sangat memengaruhi pekerjaan. Kemalasan sosial dapat meningkatkan waktu dan biaya yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas.

Ketika seorang individu tidak memberikan kontribusi secara maksimal, maka kualitas pekerjaannya juga dapat menurun. Pekerjaan mungkin tidak dapat diselesaikan dengan baik atau hasilnya mungkin tidak memenuhi standar yang diharapkan.

Adapun beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi kemalasan sosial adalah sebagai berikut.

  • Batasi ukuran kelompok sehingga setiap individu merasa kontribusinya penting.
  • Jelaskan tanggung jawab individu secara rinci sehingga setiap orang mengetahui peran mereka dalam mencapai tujuan kelompok.
  • Berikan umpan balik secara teratur untuk meningkatkan motivasi dan tunjukkan bahwa setiap kontribusi dihargai.
  • Jadwalkan rapat grup yang efektif, baik offline maupun online, untuk meningkatkan komunikasi antar anggota grup.
  • Berikan insentif atau penghargaan bagi anggota kelompok yang berkontribusi lebih banyak.
  • Terapkan sistem pengukuran kinerja individu yang dapat diukur dengan jelas untuk meminta pertanggungjawaban setiap orang atas kontribusi mereka.
  • Meningkatkan kepercayaan antar anggota kelompok dengan membangun hubungan yang baik dan saling menghargai satu sama lain.

Sebaiknya hindari melakukan kemalasan sosial dalam lingkup pekerjaan. Pasalnya, hal ini bisa memicu konflik antara Anda dengan anggota tim lainnya.

Kurangnya kontribusi dapat dilihat sebagai bentuk ketidakadilan. Sering melakukan social loafing juga dapat mengurangi kepercayaan antar anggota dalam kelompok.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *