Membentuk Komunikasi Asertif, Tanpa Harus Menyindir dan Menjatuhkan Lawan Bicara

Komunikasi Asertif
Ilustrasi orang yang sedang berkomunikasi. (Freepik)

Metaranews.co, Hiburan – Hidup di lingkungan sosial dan korelasinya dengan cara menerapkan pola pomunikasi Asertif. Bangun pola komunikasi tanpa harus ‘menyindir’ atau menjatuhkan.

Sebagai manusia kita butuh komunikasi dengan orang lain dan cara berkomunikasinya pun beragam. Kita tidak bisa menyamakan bicara dengan si A dan si B dengan cara yang serupa.

Ketika kita paham pola komunikasi dan kapan harus digunakan, kita bisa meningkatkan kualitas hubungan dengan orang lain. Peningkatan kualitas ini, nantinya juga akan berpengaruh ke berbagai tempat.

Contohnya, seperti membangun relasi kerja yang baik dan nyaman, atau ketika kita menjadi pemimpin, semua anggota akan mudah dan nyaman ketika berkomunikasi dengan kita. Bahkan sampai urusan personal, seperti membangun hubungan romantis dengan pasangan.

Mungkin, kita sering mendengar sebuah cerita yang datang dari mulut ke mulut. Ada pemimpin yang kerjanya marah dan anggotanya selalu saja disalahkan untuk mengerti apa yang dia maksud.

Atau, ada pasangan yang terus bertengkar karena satu sama lain tidak bisa saling mengerti, itulah akibatnya ketika pola komunikasinya tidak baik.

Sebenarnya, hidup ini butuh pola komunikasi. Tujuannya, menjaga hubungan yang berkualitas dengan orang lain. Pola komunikasi yang baik, akan membuat kita lebih dipahami.

Melansir Channel YouTube Satu Persen, ada beberapa pola komunikasi yang perlu dipelajari, Pertama, yakni pola komunikasi pasif. Orang dengan pola komunikasi ini cenderung tidak dapat mengungkap apa yang sedang ia rasakan dan cenderung mengalah.

Karena tipikal ini tidak bisa mengungkapkan apa yang mereka pikirkan dan rasakan, dia memilih untuk diam. Dampak yang akan muncul adalah miss komunikasi negatif yang biasanya terpendam.

Namun, disaat yang bersamaan, tipikal ini juga lebih menghindari konfrontasi atau bersinggungan dengan orang lain. Orang dengan tipikal komunikasi ini biasanya juga sulit untuk kontak mata. Dan juga masuk ke tipikal orang yang ‘Manutan‘.

Jika seseorang punya komunikasi yang pasif, sangat rentan membuat hidupnya ‘Ambyar‘. Karena lebih mudah terseret kemanapun ke kehidupan yang sebenarnya tidak disukai.

Kedua, pola komunikasi agresif. Tipikal ini merupakan kebalikan dari pola komunikasi pasif. Orang dengan tipe pola komunikasi ini, biasanya punya keinginan untuk mendominasi segalanya.

Kontak matanya intens, suaranya keras, dan mau mengontrol orang lain dengan cara intimidasi, kritik tajam, menyalahkan dan lainnya. Satu sisi, terkadang orang dengan tipikal komunikasi ini dipandang sebagai Leader yang baik dan tegas.

Tapi tidak selalu. Karena, orang dengan tipe pola komunikasi agresif ini punya pemikiran yang tertanam di kepalanya bahwa ‘Saya benar dan kamu salah’.

Atau, seringkali juga menganggap idenya brilian dan memaksakan apa yang ia pikirkan ke orang lain. Dan, orang dengan tipikal komunikasi ini, sangat jarang bisa mendengarkan masukan dari orang lain.

Ketiga, pola komunikasi gabungan keduanya, dinamakan pasif-agresif. Orang dengan tipikal pola komunikasi ini kelihatannya pasif, tapi, makna kata-katanya biasanya agresif.

Tipikal ini, cenderung berbicara dengan pelan-pelan, susah mengungkapkan pendapat dengan jelas dan apa yang diucapkan dan pikirkan, beda dengan apa yang ditampilkan.

Orang dengan tipikal ini sebenarnya marah, tapi wajahnya terlihat senyum. Orang dengan tipikal ini tahu dan mau apa yang dibutuhkan, tapi, tidak bisa mengkomunikasikannya dengan jelas.

Sebagai contoh, biasanya orang dengan tipikal ini akan sering mengucapkan kata-kata seperti ini.

‘Yaudah gpp, tapi nanti kalah salah dan ditegur, bukan salah saya yah’.

‘Kamu gpp?’ jawabnya, ‘enggak, aku gpp’. Padahal, sebenarnya ia sedang mengalami gejolak dalam dirinya dan cara bicaranya sarkas atau judes.

Orang dengan tipikal ini juga kerap kali berbicara menggunakan kode. Mau menyampaikan sesuatu namun diungkapkan dengan kode-kode yang hanya diketahui beberapa orang saja. Kadang juga tidak bicara, namun sikapnya menunjukkan sesuatu yang mudah terbaca.

Keempat, pola komunikasi Asertif. Pola ini merupakan pola komunikasi yang paling ideal dan win-win solution. Karena, pola komunikasi ini menggabungkan hal positif dari ketiga pola komunikasi diatas menjadi sebuah pola komunikasi yang powerfull.

Asertif ini menekankan ada pola komunikasi yang terbuka, tapi tidak memaksa. Sehingga, orang dengan tipikal pola komunikasi ini tahu apa yang diinginkan, dan tahu cara menyampaikan serta mengerti perasaan orang lain.

Bagaimana cara mengembangkannya?
Ada beberapa cara yang bisa dilakukan, seperti I-Statemnet. I-Statemnet ini, adalah pengekspresian kalimat dari sudut pandang “saya”.

Untuk hal-hal yang sifatnya pendapat atau opini dan bukan fakta. Sederhananya, ketika kita menyampaikan pendapat karena tidak senang melakukan seseorang.

Sebaiknya, apa yang keluar dari mulut kita adalah pendapat pribadi atau opini dan bukan menjurus ke tuduhan seolah-olah itu fakta. Hal ini jika dilakukan akan membuat orang lain lebih mengerti dan nyaman berhubungan dengan kita.

Hal lainnya yaitu, menjaga kontak mata. Karena, tatapan mata adalah hal paling jujur yang bisa dilakukan orang lain. Bahkan, kontak mata yang baik, bisa membuat seseorang jatuh cinta.

Kemudian, berani bilang tidak. Komponen ini sangat penting, karena kita bisa menyampaikan pendapat kita akan sesuatu. Memang, untuk mengatakan ‘Tidak’ butuh waktu dan proses. Namun, itu bisa dilatih pelan-pelan.

Lalu ada komponen lainnya, yaitu, menjelaskan apa yang sedang dirasakan dengan rasa percaya diri. Pola komunikasi Asertif akan sulit dilakukan ketika kita tidak percaya dengan diri sendiri.

Pola komunikasi itu penting dalam membangun interaksi dengan orang lain. Karena, setiap orang tidak bisa membaca pikiran orang lain. Karena itu, hadirnya pola komunikasi akan membantu kita memahami situasi yang sedang dihadapi.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *