Metaranews.co, Kesehatan – Pernah melihat langsung fenomena kesurupan? Sebagian dari kita menganggap jika peristiwa ini erat kaitannya dengan gangguan gaib.
Meskipun begitu, ternyata, fenomena kesurupan ini bisa dijelaskan secara ilmiah. Secara medis, kejadian ini tergolong jenis gangguan jiwa yang disebut gangguan kerasukan.
Penjelasan Menurut Medis
Gangguan kesurupan termasuk dalam kategori gangguan disosiatif, yaitu kategori gangguan mental yang ditandai dengan hilangnya sebagian atau seluruh integrasi pikiran, memori, identitas diri, kontrol gerakan tubuh, dan lingkungan sekitar.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), gangguan kesurupan adalah gangguan yang terjadi ketika seseorang untuk sementara waktu kehilangan identitas pribadi dan kesadaran akan lingkungannya.
Umumnya orang yang mengalami gangguan kerasukan kerasukan menunjukkan gejala atau tanda-tanda seperti berikut ini:
- Kehilangan kendali atas tindakannya.
- Hilangnya kesadaran akan lingkungan sekitar.
- Kehilangan memori atau memori.
- Kehilangan identitas pribadi.
- Sulit berkonsentrasi.
- Kesulitan membedakan kenyataan dan imajinasi.
- Perubahan nada suara.
Penyebab dan Pengobatan Gangguan Kesurupan
Sampai saat ini, penyebab gangguan kerasukan belum diketahui secara pasti. Namun, ada beberapa faktor yang diduga mempengaruhi perkembangan gangguan jiwa ini, yaitu :
Faktor genetik atau keturunan. Juga faktor lingkungan dan budaya yang mempengaruhi pembentukan karakter dan kepribadian seseorang.
Stres psikososial, seperti kesulitan ekonomi, kematian kerabat dekat, dan konflik agama atau budaya.
Peristiwa traumatis di masa lalu, terutama pada masa kanak-kanak, misalnya mengalami kekerasan seksual, terlibat perang, atau menyaksikan bunuh diri.
Mengingat kondisi gangguan kerasukan sering dikaitkan dengan agama, budaya dan lingkungan, maka untuk mendiagnosis kondisi ini, seorang psikolog atau psikiater tidak hanya akan memeriksa kondisi psikologis dan fisik pasien, tetapi juga latar belakang lingkungan dan budaya di mana pasien berada tumbuh.
Seseorang hanya dapat didiagnosis dengan gangguan kerasukan jika mengalami gejala di atas secara tidak sengaja, terjadi di luar praktik agama dan budaya, dan tidak dipengaruhi oleh kondisi medis tertentu, seperti cedera otak, epilepsi, dan efek zat psikoaktif apa pun.