Metaranews.co, Tulungagung – Sungguh malang nasib petani di Tulungagung. Pasalnya, ribuan hektare lahan tanaman pertanian di Tulungagung mengalami puso atau gagal panen. Hal ini disebabkan banjir yang menggenangi area persawahan di Tulungagung, (22/10/2022).
Koordinator Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) Dinas Pertanian (Dispertan) Tulungagung, Gatot Rahayu mengatakan, berdasarkan data, saat ini lahan pertanian di Tulungagung yang terdampak banjir mencapai 7.918 hektare. 5.280 hektar lahan pertanian di Tulungagung sudah dinyatakan puso.
“Lahan persawahan yang terdampak banjir berada di 13 kecamatan. Tapi yang paling parah itu, lahan pertanian di Kecamatan Rejotangan. Di sana ada sekitar 1.478 hektare sawah terdampak banjir, dan 1.313 hektar sawah dinyatakan puso,” ujarnya.
Gatot menjelaskan, ribuan hektar lahan pertanian yang mengalami puso terjadi pada tigo jenis komoditi tanaman pertanian. Diantaranta, 3.905 hektar tanaman jagung puso, 1.375 hektar tanaman tembakau puso. Disisi lain, ada 13 jenis tanaman yang terdampak banjir.
“Jenis tanaman yang terdampak banjir, diantaranya adalah tanaman padi, jagung, kedelai, semangka, melon, bawang merah, timun, cabai, kacang tanah, kacang hijau, ubi jalar, tomat dan tembakau,” jelasnya.
Banyaknya lahan pertanian yang terdampak banjir disebabkan akibat luapan air sungai yang memasuki area pertanian masyarakat. Selain itu, kondisi ini juga diperparah akibat banyak saluran irigasi di area pertanian tersumbat. Sehingga banjir yang masuk ke area pertanian, tidak bisa mengalir keluar.
“Meski terbatas, seharunya petani bisa memanfaatkan pompa air yang ada di kelompok tani. Hal ini bertujuan untuk menyedot banjir yang masuk di area pertanian,” paparnya.
Gatot mengaku, bahwa saat ini pihaknya tengah berupaya meminta bantuan bibit padi, ditingkat kabupaten hingga provinsi untuk diberikan kepada petani yang mengalami puso. Tanaman jenis padi sendiri lebih cocok untuk ditanam saat musim penghujan.
“Maka dari itu, nantinya apabila lahan pertanian yang puso tersebut dibongkar, maka petani diminta untuk menanaminya kembali menggunakan benih padi,” pungkasnya.