Hanya Latihan 3 Hari, Gambyong Pareanom Tutup Festival Tari Kabupaten Kediri

Metaranews.co
Festival Tari Lenggang Panjalu di komplesk Candi tegowangi, Kabupaten Kediri. (rentaka setyo/metara)

Metaranews.co, Kediri– Panasnya mentari di pengujung Ramadan 1443 hijriah, tepatnya Kamis (28/4/2022) tak mengurangi semangat para pelaku seni di Kabupaten Kediri. Ratusan penari itu sedang memperingati Hari Tari Internasional di kompleks Candi Tegowangi, Kecamatan Plemahan.

Euforia para penari tak dapat ditutupi lagi. Setelah dua tahun merasakan berbagai pengetatan dan pembatasan karena pandemi Covid-19. Senyum mereka lepas. Kucuran keringat tak bisa dihindari. Tapi lekukan tangan dan jinjit kaki tak bisa dibendung. Irama gendang dan gamelan seolah memabukkan para penari. Satu persatu sanggar tari di Kabupaten Kediri tampil di panggung yang berada di kompleks Candi Tegowangi. Ditutupi dengan tari Gambyong Pareanom dari Sanggar Kartika Kahuripan.

Bacaan Lainnya

Sanggar asal Desa/Kecamatan Tarokan, Kabupaten Kediri menutup acara dengan manis. Gemulai tangan lima penari itu menyedot puluhan kamera warga. Dengan busana hijau daun dan sampur hijau pupus, kelima penari itu seolah menceritakan seorang abdi dalem keraton Surakarta yang akan menyambut sebuah seseorang.

Begitulah ungkapan Asri Kusuma, pelatih tari Sanggar Kartika Kahuripan ini. Tariannya ini memang dipersembahkan untuk menyambut Hari Tari Internasional dan mulai adanya event tari.

“Sangat bagus untuk seni budaya di Kediri, mengingat di Kediri banyak sekali sanggar budaya. Ini tadi masih banyak yang belum ikut,” ungkap Asri.

Mahasiswi semester 8 di Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta ini menerangkan kelima penarinya hanya membutuhkan waktu tiga hari untuk latihan. Meskipun waktunya mepet, kata Asri, para penarinya sangat bersemangat karena event tari sudah lama tak diikutinya. Sehingga, mereka ingin menyajikan yang terbaik untuk warga Kabupaten Kediri.

Sementara itu, peserta festival sekaligus Pemilik Sanggar Seni Kembang Sore, Sunoto menyambut baik adanya festival yang digelar dengan berlatarkan Candi Tegowangi ini.

Menurutnya, peran Pemerintah Kabupaten Kediri dengan menggelar festival ini dapat memajukan seni tari Kabupaten Kediri. Ditunjukkan dengan multi efek yang ditimbulkan, utamanya semangat pemuda dalam berkesenian.

Terlebih, dengan tampilnya sanggar-sanggar seni dalam sebuah perhelatan akan memicu sanggar lain untuk terus berkarya.

“Dari kami menampilkan tarian Kenyo Kadiri yang menceritakan mengenai Dewi Sekartaji. Karena Kabupaten Kediri sendiri identik dengan cerita Panji,” ungkap Sunoto.

Pihaknya berharap, kedepan Pemerintah Kabupaten Kediri akan terus mengadakan festival semacam ini yang digelar secara rutin baik di Hari Jadi Kabupaten maupun peringatan hari tari internasional semacam ini.

 

Mas Dhito Tak Ingin Kesenian Kabupaten Kediri Diakui Negara Lain

Gelaran seni yang mengangkat tajuk Lenggang Panjalu diakui Bupati Kediri, Hanindhito Himawan Pramana untuk memperingati Hari Tari Internasional 2022. Terdapat 12 sanggar seni yang tersebar di Kabupaten Kediri digandeng untuk menyemarakkan gelaran seni itu.

Melalui Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Kediri, Adi Suwignyo, pihaknya mengajak seluruh masyarakat untuk terus melestarikan kesenian agar tidak diklaim oleh negara lain.

“Pelaku seni ini sangat prihatin dengan adanya klaim Malaysia atas Reog Ponorogo dan kita dukung untuk mempertahankan warisan tersebut menjadi kekayaan negara kita. Dengan adanya festival ini merupakan upaya pencegahan agar kesenian yang ada di Kabupaten Kediri tidak diakui negara lain,” ungkap pria yang sering disapa Wignyo itu.

Wignyo menyebutkan, festival tari yang digelar itu merupakan komitmen Mas Dhito dalam memunculkan kembali gairah pelaku seni khususnya tari, setelah dua tahun vakum karena pandemi.

Terlebih, dengan banyaknya kekayaan seni budaya di Bumi Panjalu, menurut Wignyo, harus terus dimunculkan dan dilestarikan. Disisi lain, melalui pagelaran seni akan menimbulkan pemulihan ekonomi nasional dari sektor seni dan budaya.

“Harapannya, seni dan budaya harus dikembangkan dan dibina. Ini adalah salah satu permulaan untuk festival-festival selanjutnya,” terangnya.

Terakhir, Wignyo menyebutkan festival-festival semacam ini akan terus diadakan oleh Pemerintah Kabupaten Kediri di tempat-tempat bersejarah lain yang ada di Kabupaten Kediri.

 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *