Sembab. Matanya masih berkaca-kaca. Tak banyak kata, sedangkan matanya mengamati satu persatu tamu yang berduka di rumahnya, Desa Sukolilo, Kecamatan Wajak, Kabupaten Malang. Andi Harianto, seorang ayah di Kabupaten Malang ini harus rela kehilangan istri dan kedua anaknya karena tragedi Kanjuruhan.
Tembakan gas air mata yang meluncur ke tribun suporter itu menjadi momok untuk keluarganya dalam tragedi Kanjuruhan. Mata yang perih sesak napas tak bisa dibayangkan lagi, pria 36 tahun ini tak menyangka pada Sabtu (1/10/2022) menjadi waktu perpisahan dengan Debi Asta Putri Purwoko, istrinya dan kedua putrinya yakni Natasya Deby Ramadhani, 16 tahun dan Naila Deby Anggraini, 13 tahun.
Kisah pilu itu berawal saat ia bersama ketiga anak dan istrinya pergi ke Stadion Kanjuruhan Malang untuk menonton Arema FC vs Persebaya Surabaya. Laga big match Liga 1 ini yang mulanya diharapkan menjadi hiburan untuk keluarga penggila bola, justru berujung petaka. Keberangkatannya sekitar pukul 18.30 WIB itu akhirnya tiba juga di Stadion Kanjuruhan sekitar pukul 19.40 WIB. Ia masuk melalui gate tribun 13 dan pertandingan telah dimulai sekitar 10 menit. Selama pertandingan berlangsung mereka sangat menikmati jalannya permainan yang saling menyerang dan menyuguhkan ketegangan karena derbi klub Jawa Timur.
Momentum derbi ini tak luput dari keinginannya untuk mengabadikan keluarganya. “Halo,” kata Andi ketika menyapa anak dan istrinya dengan video di ponselnya. Video itu adalah video terakhir yang dia rekam bersama keluarganya.
Gemuruh chant Aremania menggelegar sepanjang pertandingan berlangsung. Hingga akhirnya, Arema FC kalah 2-3 dari tamunya Persebaya Surabaya. Di sinilah, tragedi yang mengerikan menyapa. Ketika itu, suasana Kanjuruhan masih aman. Dan tibalah kericuhan terjadi usai Arema FC kalah 2-3 dari Persebaya Surabaya.
Andik salah satu orang yang begitu banyak kehilangan keluarga dalam tragedi yang mencekam itu. Sebuah peluru gas air mata meluncur tengah tribun 13 tempat duduknya.
“15 menitan setelah selesai tanding, tembakan ke tribun kita,” terangnya.
Melihat itu, Andi dan keluarganya langsung kalut. Karena peluru itu meletus dan mengeluarkan gas yang sangat perih mengenai mata. Kekacauan ini langsung sontak membuat Debi, istrinya, yang menggendong Gean Putra, anak ketiganya menyerahkan ke Andi. Di tengah keperihan mata yang terkena gas air mata, Andi menerima Gean dan langsung di melemparkan sang buah hati yang berumur 2 tahun kepada temannya yang berada di bawah tribun.
”Saya lempar anak ini, ke bawah, dan ditangkap teman yang sudah tahu akan segera menyelamatkan diri,” tuturnya sambil menunjuk Gean di ruang tamu.
Dari ketinggian tiga meter itu, melompat ke bawah untuk mencari jalan keluar. Tapi tak mudah, ia harus berdesakan dengan ribuan suporter yang juga berusaha melarikan diri dari ancaman kematian gas air mata.
Selain berdesakan, Andi menyaksikan langsung bagaimana Aremania ditembaki gas air mata dan suporter lainnya digebuki aparat keamanan. Andi berusaha sekaut tenaga untuk melarikan diri untuk menyelamatkan diri.
“Dia nangis terus, kan kena gas itu perih banget,” singkat Andi.
Ingatan Terakhir Andi Tentang Istrinya yang Menyerahkan Gean
Kekalutan itu membuat pikiran Andi fokus untuk menyelamatkan anaknya yang masih dua tahun itu. Ia berusaha menenangkan Gean di musala yang berada di bawah tribun. Ia mengakui tak bisa menyelematkan istrinya dan kedua anaknya. Ia hanya berharap semua selamat. Tapi, yang persis diingatnya ketika Debi menjulurkan tangannya untuk menyerahkan Gean agar dibawanya untuk menyelamatkan diri.
“Tidak ingat lagi, cuma ketika ngasihkan Gean lalu saya sudah lupa itu” katanya.
Kerusuhan yang berakhir berjam-jam itu membuatnya shock. Hati Andi berkecamuk. Suaranya bergetar. Dengan peci hitam, ia sekuat hati menceritakan ketika mencari dua anak perempuannya sudah tidak bernyawa. Ia menemukan keduanya tergeletak di lantai tribun VIP Stadion Kanjuruhan.
“Di lantai tribun itu, saya lihat mereka sudah meninggal,” katanya.
Tak berhenti begitu saja, Andi pun mencari istri tercintanya, Debi. Tapi tak juga ditemukan. Andi memutuskan untuk pergi ke RS Wafa Husada. Ternyata benar, istrinya sudah meninggal dunia.
“Saya Cuma minta keadilan,” ucapnya lirih.
Ini menjadi pelajaran hidup luar biasa. Dan ia tak mau ke tribun lagi. Ia mengaku masih trauma dengan kenyataan perih ini, karena kehilangan istri dan dua anaknya.
Untuk kondisi Debi dan kedua anaknya, Guntur Purwoko, mertua Andi, hanya bisa menangis. Ia melihat jenazah ketiga perempuan itu membiru. Ayah Debi melihat secara langsung anak dan cucunya dengan kondisi membiru. Ia menduga hal itu karena kehabisan oksigen setelah kena gas air mata.
“Saya sudah lihat membiru setengah badan ke atas. Saya gak tahu kenapa mungkin efek kena gas itu,” pungkasnya.