Metaranews.co, Samarinda – Meningkatnya jumlah kasus gigitan hewan penular rabies di Kalimantan Timur mengundang perhatian serius dari Wakil Ketua Komisi IV DPRD Kaltim, Andi Satya Adi Saputra. Hingga April 2025, tercatat 1.334 kasus gigitan, di mana 391 kasus terjadi hanya dalam empat bulan terakhir.
“Kasus rabies ini bukan sekadar soal gigitan hewan. Ini soal nyawa manusia. Data kasus yang terus naik adalah alarm serius bagi kita semua,” tegas Andi Satya, Minggu (25/5/2025), melalui sambungan telepon.
Sebagai seorang dokter dan legislator, Andi mengingatkan bahwa rabies merupakan penyakit yang hampir selalu fatal jika tidak segera ditangani. Ia juga menekankan pentingnya pemahaman masyarakat tentang jenis hewan yang berpotensi menularkan virus rabies.
“Kita harus ubah persepsi. Rabies bukan hanya dari anjing. Banyak masyarakat belum tahu bahwa kucing, kera, bahkan kelelawar bisa jadi pembawa virus rabies,” jelasnya.
Untuk mengurangi risiko penularan, Andi memberikan panduan darurat kepada masyarakat yang mengalami gigitan. Langkah pertama adalah mencuci luka gigitan dengan sabun dan air mengalir selama 15 menit. Jika tersedia, penggunaan povidon iodine atau alkohol 70% dianjurkan.
“Segera cuci luka dengan sabun dan air mengalir selama 15 menit. Bila ada, gunakan povidon iodine atau alkohol 70%. Ini langkah awal yang penting untuk menurunkan risiko infeksi,” ujarnya.
Setelah tindakan awal, korban gigitan harus segera menuju fasilitas kesehatan terdekat untuk mendapatkan vaksinasi antirabies dalam waktu kurang dari 24 jam. Untuk luka yang dalam atau luas, pemberian imunoglobulin (SAR) juga dibutuhkan.
Andi juga mendesak agar Dinas Kesehatan, Dinas Peternakan, dan seluruh unsur pemerintah daerah dari tingkat camat hingga RT aktif terlibat dalam pencegahan rabies melalui vaksinasi hewan dan edukasi masyarakat.
“Pemerintah harus memperkuat program vaksinasi rabies pada hewan, edukasi masyarakat, dan respons cepat di faskes. Ini harus lintas sektor,” tandasnya.
Ia memperingatkan agar pemerintah daerah tidak menunggu adanya korban jiwa untuk bertindak. Menurutnya, seluruh perangkat sudah tersedia, tinggal bagaimana pelaksanaan lintas sektor dilakukan secara terkoordinasi.
“Jangan tunggu ada korban jiwa baru bergerak. Rabies bisa dicegah. Edukasi, vaksinasi, dan penanganan cepat adalah kuncinya. Kita sudah punya semua instrumennya, tinggal kemauan dan koordinasi,” pungkasnya.
Lonjakan kasus rabies ini menjadi peringatan bahwa penyakit menular berbasis hewan masih menjadi ancaman serius di daerah, dan hanya dapat ditangkal dengan kerja sama dan kesiapsiagaan yang menyeluruh.(ADV)