Cara Memanfaatkan Air Hujan ala Komunitas Air Kita Jombang

Para Siswi yang belajar memfilter air huja. (Foto by Instagram komunitas @airkita)

Metaranews.co, Jombang – Banyak cara untuk mengkampanyekan kegiatan bermanfaat, salah satunya yang jarang ditemui yakni manfaat air hujan.

Komunitas Air Kita Jombang, yang konsen dibidang lingkungan hidup, gemar melakukan sosialisasikan air hujan yang bisa diminum dengan tahapan sederhana.

Bacaan Lainnya

Purwanto, pengurus Komunitas Air Kita mengatakan, Komunitas Air Kita tersebut bergerak dibidang lingkungan hidup, dengan terus mengangkat isu bahwa penggunaan air bersih di masyarakat.

“Komunitas ini sudah menjadi wadah dalam mensosialisasikan manfaat air hujan ke masyarakat. Kampanye kami yakni sosialisasi air hujan yang sejatinya memang belum banyak orang ketahui tentang air hujan ini,” ucapnya saat dikonfirmasi pada Sabtu (24/12/2022).

Salah satu kampanye yang terus ia lakukan, adalah pemahaman tentang air hujan yang dapat dikonsumsi secara langsung dengan tahapan sederhana.

Purwanto menjelaskan, ada beberapa tahapan yang harus dilewatkan sebelum air hujan bisa dikonsumsi.

Tahapan pertama yang ia lakukan adalah, Air Hujan yang turun, di tampung ke dalam wadah besar. Selanjutnya, air hujan tersebut diendapkan semalaman.

Kemudian, air yang sudah diendapkan, lalu disaring menggunakan saringan dari kain baju, kerudung, atau apapun yang steril.

“Jadi setelah itu, coba dibandingkan setelah air disaring. Air hujan yang sudah diendapkan dituang kedalam gelas, dan bandingkan dengan satu gelas lain yang isinya air sumur,” ujarnya.

Kedua air dalam gelas, terlebih dahulu di cek kandungan zat pelarut didalamnya dengan menggunakan Total Dissolved Solids (TDS)

Meter. Purwanto, melanjutkan, dari perbandingan dua gelas yang telah diisi oleh air hujan dan air sumur tersebut memiliki perbedaan.

Dimana air sumur memiliki mineral padat 308 TDS, sedangkan air hujan hanya 7 TDS yang mana jika TDS semakin rendah semakin baik.

Standarnya adalah 50-100, masih batas toleransi dan masih boleh untuk diminum, jika 100 ke atas perlu dicurigai.

“Lalu kedua air dalam gelas itu kami beri listrik memakai alat elektrolisa selama 5 menit untuk melihat secara fisik perubahan pada air,” katanya.

Setelah diberi aliran listrik, pada air sumur yang memiliki TDS tinggi, air tersebut cepat bereaksi. Seperti mendidih mengeluarkan warna kecoklatan (logam) ke permukaan dan gelas terasa panas.

Sedangkan untuk air hujan, masih terlihat jernih, hanya mengeluarkan puing-puing kecil, dan gelasnya tidak terasa panas.

“Dari hasil tersebut sebenarnya sudah bisa dibayangkan, kalau manusia mengkonsumsi air dengan TDS tinggi, terlebih dikonsumsi setiap hari akan sangat berbahaya. Karena sebagian besar nanti mengendapnya di ginjal,” lanjutnya menambahkan.

Komunitas Air Kita yang berada di Winong Timur, Karangwinongan, Kecamatan Mojoagung, Jombang ini sering mengkampanyekan air hujan ini ke masyarakat, terutama kepada anak-anak.

Apalagi, saat ini banyak anak-anak yang hanya tahu jika air hujan juga bisa dikonsumsi.

“Kami tidak akan memperjual-belikan air karena memang komunitas kami ini non-profit. Jadi disini kami ingin menyampaikan manfaat air hujan saja supaya masyarakat setidaknya berani minum air hujan walaupun hanya satu tegukan,” pungkasnya.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *