Refleksi Haul ke-76 Tan Malaka di Kediri: Menghidupkan Pemikiran Madilog

Haul Tan Malaka
Caption: Refleksi haul ke-76 Datuk Ibrahim Tan Malaka digelar di makamnya di Desa Selopanggung, Kecamatan Semen, Kabupaten Kediri, Jawa Timur, Jumat (21/2/2025). Doc: Anis/Metaranews.co

Metaranews.co, Kabupaten Kediri – Refleksi haul ke-76 Datuk Ibrahim Tan Malaka digelar di makamnya di Desa Selopanggung, Kecamatan Semen, Kabupaten Kediri, Jawa Timur, Jumat (21/2/2025).

Refleksi tokoh revolusioner dan intelektual Indonesia asal Nagari Pandam Gadang, Suliki, Lima Puluh Kota, Sumatera Barat, itu diperingati puluhan elemen, mulai dari kalangan mahasiswa, komunitas, hingga pegiat seni dan budaya.

Acara ini berlangsung khidmat. Refleksi haul ke-76 Tan Malaka dimeriahkan dengan pembacaan puisi, doa serta tahlil, orasi, hingga pemotongan tumpeng.

Ketua Dewan Kesenian Kebudayaan Kabupaten Kediri (DK4), Imam Mubarok mengatakan, peringatan Haul ke-76 Datuk Ibrahim Tan Malaka diadakan bukan sekadar mengenang seorang revolusioner, tetapi juga merefleksikan gagasan dan perjuangannya dalam membangun bangsa.

“Tan Malaka bukan hanya tokoh pergerakan kemerdekaan, tetapi juga pemikir yang meletakkan dasar penting bagi cara berpikir kritis melalui karyanya Madilog (Materialisme, Dialektika, dan Logika),” kata pria yang akrab disapa Gus Barok itu, Jumat (21/2/2025).

Gus Barok menjelaskan, dalam Madilog, Tan Malaka menegaskan bahwa kemajuan suatu bangsa harus didasarkan pada pemikiran rasional dan metode ilmiah, bukan sekadar dogma atau mitos.

Ia mengkritik pola pikir mistis dan feodal yang menghambat perkembangan sosial, serta menekankan pentingnya dialektika sebagai alat untuk memahami perubahan sejarah dan perjuangan kelas.

“Pemikirannya berusaha membebaskan rakyat dari belenggu irasionalitas menuju kesadaran revolusioner yang lebih terarah,” jelasnya.

Dalam konteks hari ini, kata Gus Barok, pemikiran Tan Malaka masih sangat lah relevan.

Hari ini, lanjut Gus Barok, tantangan yang dihadapi seperti maraknya disinformasi, budaya politik pragmatis yang mengabaikan idealisme, serta ketimpangan sosial yang semakin tajam.

Menurut dia, warisan Madilog seharusnya menjadi inspirasi bagi generasi muda untuk terus mengasah daya kritis, dan membangun gerakan berbasis ilmu pengetahuan serta keadilan sosial.

“Haul ini bukan hanya momen penghormatan, tetapi juga ajakan untuk menghidupkan kembali semangat perjuangan Tan Malaka untuk berpikir mandiri, kritis, dan berani melawan ketidakadilan demi kemajuan bangsa yang lebih rasional dan berkeadaban,” paparnya.

Sementara itu, sejumlah mahasiswa yang turut serta dalam kegiatan refleksi haul ke-76 Tan Malaka mengaku sangat senang, karena bisa mengenang jasa pahlawan nasional ini.

“Apalagi saya mahasiswa prodi sejarah sangat senang bisa mengenang jasa-jasa para pahlawan nasional seperti Tan Malaka ini,” tutur, M Fakhru Ruizal Sauqi, salah satu mahasiswa UNP Kediri.

Pos terkait