Gilir Air Petani di Kabupaten Kediri Diperketat Gegara El Nino, Kok Bisa?

Petani Kediri
Caption: Warga Kecamatan Ngasem, Kabupaten Kediri, sedang membersihkan pintu saluran irigasi, Selasa (1/8/2023). Doc: Anis/Metaranews.co

Metaranews.co, Kabupaten Kediri – Sejumlah petani berkumpul melakukan rapat gilir air di Desa Paron, Kecamatan Ngasem, Kabupaten Kediri, Jawa Timur, Selasa (1/8/2023).

Musim kemarau ekstrem yang dipicu fenomena El Nino turut menjadi topik pembahasan dalam rapat tersebut.

Bacaan Lainnya

Perlu diketahui, El Nino adalah meningkatnya suhu air laut di sebelah timur, hingga tengah Samudera Pasifik.

Adapun ancaman El Nino, merujuk penjelasan BMKG, turut menjadi ancaman atas kekeringan di sektor lahan pertanian.

Kaur Perencanaan Pembangunan Desa Paron, Ahmad Toyib, menyebut pihaknya akan memperketat gilir atau pembagian air untuk mewaspadai ancaman tersebut.

“Tujuannya petani dalam membagi air bisa merata dan tepat sasaran,” kata Toyib usai menggelar rapat gilir air, Selasa (1/8/2023).

Toyib menjelaskan, gilir air tersebut dilakukan untuk menjaga kerukunan pengelolaan lahan pertanian di wilayahnya.

Mengingat pentingnya kebutuhan air, para petani kerab bertengkar untuk saling mendahului mendapatkan jatah air.

“Ada bnyak seperti itu. Maka rapat ini untuk mengantisipasi hal seperti itu,” jelasnya.

Toyib mengatakan, para petani bakal mendapatkan jatah gilir air sekitar satu jam pada lahan sawah luas 100 ru.

Namun jika terjadi kemarau ekstrem, ia menyebut jatah satu jam tersebut masih kurang. Oleh karenanya para petani masih perlu menambah pengairan menggunakan pompa diesel.

“Musim kemarau tahun lalu bulan Oktober-November itu, kadang luasan 100 ru masih perlu ditambah dua diesel air, baru bisa satu jam cukup,” papar pria yang juga menjabat Ketua Gapoktan setempat tersebut.

Sementara itu, Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) Desa Paron Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Kediri, Lita Dwi mengungkapkan, gilir air itu dilakukan pada masing-masing Desa melalui Kelompok Tani (Poktan).

Total ada tiga Poktan yang beranggotakan sekitar 20 petani di Desa Paron.

Dwi berharap dengan gilir air itu para petani tidak saling berebut, mengingat jatah air untuk lahan mereka diprediksi berkurang pada musim kemarau ini.

“Jadi petani harus mengairi sawahnya mencukupi, agar bisa merata memang perlu dijadwalkan,” pungkasnya.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *