Kades Plosolor Duga Ada Warga Tahu Asal-usul Limbah yang Cemari Sumur, Tapi Tak Berani Lapor

Limbah Plosolor
Caption: Warga saat mengecek kondisi sumur di Desa Plosolor, Kecamatan Plosoklaten, Kabupaten Kediri, Jawa Timur, yang diduga tercemar limbah padat sisa pemrosesan tebu, Rabu (9/4/2025). Doc: Metaranews.co

Metaranews.co, Kabupaten Kediri – Kemunculan gumpalan limbah berwarna cokelat kehitaman secara tiba-tiba di sumur-sumur warga Desa Plosolor, Kecamatan Plosoklaten, Kabupaten Kediri, menjadi perhatian serius pemerintah desa setempat.

Pasalnya, limbah tersebut mengeluarkan bau tidak sedap, menjadikannya tidak layak dikonsumsi maupun digunakan untuk aktivitas sehari-hari. Bahkan, aroma menyengat dari limbah semakin kuat tercium saat hujan mengguyur.

Hal ini diungkapkan oleh Sugiono, salah satu warga terdampak yang menduga limbah tersebut berasal dari sisa padat pemrosesan tebu yang dibuang di lahan Hak Guna Usaha (HGU) milik salah satu perusahaan gula.

“Kemarin kan hujan ya. Nah bau menyengat tiba-tiba muncul di rumah saya. Saat saya telusuri, ternyata berasal dari sumur yang tercemar limbah,” kata Sugiono, Rabu (9/4/2025).

Kepala Desa Plosolor, Pujiyono, menjelaskan bahwa pencemaran limbah di belasan sumur warga terdampak ini sudah berlangsung sekitar empat bulan, namun baru diketahui pihaknya baru-baru ini setelah menerima laporan warga.

Pujiyono menduga ada warganya yang mengetahui proses pembuangan limbah yang dilakukan oleh pihak tidak bertanggung jawab di Desa Plosolor.

“Yang pasti ada warga yang tahu sewaktu ada pihak terkait yang dengan sengaja membuang limbah, namun mereka diam dan tidak melaporkannya ke saya,” ujar Pujiyono.

Padahal, lanjut Pujiyono, jika masyarakat melaporkan kejadian tersebut ke pihak desa sebelum terjadi pencemaran, maka pihaknya pasti akan segera memberikan peringatan, bahkan teguran keras.

“Maksudnya adalah sebelum terjadi peristiwa seperti ini kan bisa dicegah dengan memberikan laporan ke saya, bilamana memang di ketahui ada yang sengaja membuang limbah,” ucapnya.

Menanggapi keresahan warganya, Pujiyono telah melaporkan kejadian ini ke Dinas Kesehatan dan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Kediri. Sampel air pun telah diambil untuk diuji di laboratorium.

“Hasil dari Dinas Kesehatan menyatakan air sumur warga tidak layak konsumsi. Namun kami masih menunggu hasil uji dari Dinas Lingkungan Hidup,” jelasnya.

Selama masa krisis air bersih ini, Pujiyono mengaku telah memberikan sejumlah bantuan kepada warga terdampak limbah menggunakan dana pribadi.

Pujiyono pun berharap Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kediri segera turun tangan untuk memberikan solusi konkret.

“Selain bantuan air bersih, mereka (warga) juga mendesak agar aktivitas pembuangan limbah di sekitar permukiman dihentikan, agar kejadian serupa tidak terulang,” ungkapnya.

Pos terkait